ASEAN Blogger Conference 2011 |
Babak baru komunitas blogger ASEAN dalam rangka mendukung terwujudnya Komunitas ASEAN 2015 baru saja dimulai. Bulan lalu, 16-17 November, ASEAN Blogger Conference 2011 berhasil menelurkan deklarasi Blogger ASEAN.
Momentum penting inidigelar di Bali. Sayang, tak banyak yang tahu tempat kegiatan ini berlangsung. "Gua pikir di hotel Bas. Tapi gak tahu juga sih!" ungkap seorang teman, mahasiswa universitas Udayana. Seorang teman lain yang turut menghadiri acara pun sempat salah sebut. "Jadi ada museum seni namanya Museum Pastika. Disitulah konferensinya,” jelasnya santai.
ASEAN Blogger Conference 2011 digelar di Museum Pasifika. Museum yang mulai dibuka Agustus 2006 ini oleh pendirinya, Moetaryanto dan Philippie Augier, diharapkan bisa memamerkan keindahan seni untuk dipelajari dan dinikmati. Meski relatif baru, tetapi Pasifika telah menjadi rumah untuk lebih dari 600 karya seni bertema Asia-Pasifik. Bangunannya sendiri dirancang oleh arsitek terkenal Popo Danes. Terbagi menjadi 8 paviliun dan 11 ruang pamer dengan luas total 12.000m2.
Pilar Tinggi Pasifika |
Begitu memasuki museum, kita disambut dengan peta Bali karya seniman Meksiko, Miguel Covarrubias, yang juga merupakan visualisasi karakteristik Bali: flora-fauna, penduduk asli, ekonomi, hingga alat transportasi.
Melihat Indonesia dari Sudut Lain
Dari lobby, kita akan memasuki ruang pamer pertama yang merupakan galeri pelukis-pelukis Nusantara. Ada karya "puitis" Ida Bagus Nyoman Rai yang halus tetapi rumit. Juga lukisan penuh warna Nyoman Gunarsa. Di sana kita dapat menjumpai juga karya maestro-maestro lukis Indonesia, mulai dari Raden Saleh, Affandi, hingga Saraochmin Salim. Bermacam hasil teknik lukis dibiarkan berdampingan membentuk sebuah harmoni seni.
Penari Barong karya Nyoman Gunarsa |
Ruang Tiga menyuguhkan tema yang lebih beragam. Para Londo (baca: Belanda) menyajikan Indonesia melalui kehidupan desa, para gadis mengambil air dengan periuk (Village girl followed by two dog-Arie Smith). Juga tradisi sabung ayam seperti yang digambarkan oleh Charles Sayers melalui lukisan Boy with fighting cock.
Suasana khas Indonesia akan terus kita rasakan hingga Ruang Lima. Disini, saya memberikan catatan beberapa lukisan yang saya rasa Indonesia banget. Di Ruang Empat, pemandangan pedesaan khas Indonesia dilukiskan dengan apik oleh Gustave Bettinger melalui kawanan kerbau-kerbau dalam lukisan Buffalo on Village (1910). Seorang pria tua menarik tali kerbau, sementara pria lain yang lebih muda menggiring para kerbau dari belakang. Saya sendiri seolah merasakan Pak Tua kesulitan menarik seekor kerbau, sehingga Si Muda harus mendorong pantat si bandel. Suasana Indonesia sangat kentara dengan rumah bambu, kebun pisang, dan latar langit dan pohon kelapa. Indonesia bangetlah, mengingatkan pada koleksi gambar-gambar saya sewaktu TK.
Sementara di Ruang Lima, kita bisa menemukan karya La-Mayeur, pelukis Belgia yang terkenal. Namun menurut saya karya Donald-Friend, Australia, seorang bocah dengan kapal-kapalannya, The Toy Canoe (1975) lebih menarik. Lukisan sederhana yang menggiring memori saya mundur belasan tahun: bermain dengan teman, membuat kapal-kapalan dari kayu dan kalua jeruk!
Perjalanan Lintas Budaya
Maternities karya Victor Tardieu |
Victor Tardieu, seorang Prancis, tampil dengan lukisan Maternities (1925). Seorang Ibu menyusui bayinya, seorang gadis kecil berdiri menggendong adiknya tepat disampingnya. Aksen Vietnam terlihat dari wajah dan cara mereka berpakaian. Tampil juga di ruang ini Andre Maire, Evariste J, George Groslier, Le Pho, dan pelukis "lokal", Vu Cao Dam.
Menutup Perjalanan
Ruang Sebelas menutup perjalanan kita dengan sebuah sajian yang sangat menarik bagi saya. Isinya adalah showcase karya lukis dan patung dari negara-negara Asia Tenggara. Masing-masing negara diwakili dua lukisan dan satu patung. dibingkai dalam dua lukisan dan satu patung. Bendera kecil masing-masing negara ditempelkan dalam plakat keterangan.Epilog
Suatu tempat yang menarik bukan? Tepat sekali apabila kemudian tempat ini dipilih untuk menjadi tempat dihelatnya ASEAN Blogger Conference 2011. Sudah seharusnya negara-negara Asia Tenggara hidup dalam sebuah harmoni sebagai negara bertetangga. Seperti halnya lukisan-lukisan yang terpajang di Museum Pasifika: beragam teknik, beragam gaya, beragam cerita, beragam budaya, namun semuanya seolah tersatukan oleh harmoni kasih dan keindahan. Dan akhirnya, komunitas blogger ASEAN harus mendukung upaya harmonisasi antarbangsa tersebut! Kita pasti bisa! Songsong Komunitas ASEAN 2015!Salam
Referensi:
Covarrubias, Miguel. Islands of Bali. Singapore: Oxford University Pres, 1999