Armada bus P.O. Agung, melayani trayek Purwodadi - Blora |
Catatan:
Melihat banyak pembaca yang mampir ke tulisan ini untuk mencari tahu informasi semacam 'bus Solo - Blora', 'jadwal bus Solo - Blora', 'tarif bus Solo - Blora' dan sebagainya, dapat saya informasikan sebagai berikut:
Melihat banyak pembaca yang mampir ke tulisan ini untuk mencari tahu informasi semacam 'bus Solo - Blora', 'jadwal bus Solo - Blora', 'tarif bus Solo - Blora' dan sebagainya, dapat saya informasikan sebagai berikut:
- Rute Solo - Blora masih bisa ditempuh dengan bus, namun tidak ada bus yang langsung sehingga harus oper. Pertama dari Solo ke Purwodadi lalu disambung dengan bus Purwodadi - Blora.
- Dibandingkan jumlah bus Solo - Purwodadi yang masih cukup banyak, jumlah bus Purwodadi - Blora sangatlah sedikit, salah satunya dilayani oleh P.O. Agung. Sopir baru akan meninggalkan terminal Purwodadi apabila penumpang sudah ramai.
- Per Januari 2016, bus terakhir dari Purwodadi ke Blora berangkat dari terminal Purwodadi pukul 16.15. Total biaya yang saya keluarkan adalah 30.000 rupiah, masing-masing 15.000 untuk Solo - Purwodadi dan Purwodadi - Blora.
---
Bus Rela yang melaju kencang sejak kutampangi dari Terminal Tirtonadi, Solo mendadak saja memelankan jalannya, sebelum kemudian benar-benar berhenti. Pelan-pelan kubuka mata. Bus mandeg di depan sebuah bangunan, masih di tepi jalan. Kenéknya sibuk mencari sesuatu dari dalam kotak kayu yang berada di samping sopir. Lalu berlari turun dari bus, seraya menyambar handuk kecil yang ia cantolkan di pintu.
"Wonten mokmén. [1]" kata ibu paruh baya yang duduk di sebelahku. Pantas saja si kenék kalang kabut, urusan dengan polisi di republik ini hampir tidak pernah mudah. Dan benar saja, hingga tiga puluhan menit berlalu, bus kami belum juga melanjutkan perjalanan. Si ibu turun membeli rujak.
---
Aku meninggalkan rumah sekitar pukul sebelas pagi. Mamak mengantarku sampai ke Banyuripan, lalu aku menumpang mobil elf ke terminal Klatén. Bus Sedya Utama jurusan Solo yang lantas kunaiki tidak mengangkut banyak penumpang. Walhal sopir pelan-pelan saja membawa busnya. Dan hampir selalu berhenti setiap berjumpa perempatan, berharap tambahan penumpang. Klatén - Solo yang seharusnya bisa ditempuh dalam masa sejam berubah hampir dua kali lipatnya.
Meski dekat, Solo adalah tempat yang sama sekali asing bagiku. Terminalnya ternyata cukup bagus, bersih. Perutku sebenarnya kelaparan, tetapi karena takut kesorean, aku bergegas ke tempat pemberangkatan bus. Ni'ma yang aku tanyai dua hari sebelumnya mengatakan hanya ada satu bus jurusan Solo - Purwodadi. Bus Rela. "Tapi jangan sore-sore, nanti susah!" Pesan itu yang kupegang erat.
Namun apa daya, meski bergegas, pada akhirnya aku malah tertahan di antah berantah. Kenek bus belum juga kembali. Sementara sang sopir kuhitung sudah menghabiskan tujuh batang rokok.
"Bu, terminale masih jauh?" tanyaku pada si ibu yang tengah mengunyah potongan mangga.
"Sudah dekat kok. Sampeyan ajeng ten pundi?" jawabannya sedikit membuatku lega.
"Ajeng ten Blora." tentu saja Blora kuucapkan Mblora.
"Wah. Kesorén. Wis gak ana bis!"
Jawaban si ibu membuyarkan kelegaanku. Aku tidak ada rencana untuk bermalam di Purwodadi. Dan memang bukan kota ini tujuan perjalananku. Kukirimkan pesan pendek ke Ni'ma, berharap dia memberikan informasi yang berbeda. Tetapi jawabannya membuat perutku semakin lapar. "Iya Bas, kayake sudah kesorean. Ashar biasanya sudah habis." Sayup-sayup kudengar azan di kejauhan.