Satu-demi satu orang berdatangan ke pantai itu, dan bak reaksi rantai, semakin lama semakin ramai kerumunan di sana. Mereka yang pada awalnya datang untuk melepas kepenatan dan bersenang-senang, seketika itu juga terperanjat seraya memandang pantai dengan penuh kejut. Mereka hanya berdiri dengan kaget dan menatap hamparan pantai mereka dipenuhi dengan ribuan kura-kura di atasnya.
Mereka tertegun sambil sesekali berceletuk, “Bagaimana mungkin kita mengembalikan puluhan ribu kura-kura ini ke laut? Sementara jumlah kita sangat sedikit dibanding jumlah kura-kura di sini.”
Sementara yang lain menjawab, “Tentu kita hanya akan melakukan hal yang sia-sia Bung.”
Mereka hanya terdiam sambil menggelengkan kepala, sementara kura-kura di sana dengan susah payah menghentakkan kakinya langkah demi langkah dengan semua sisa-sisa daya yang dimiliki untuk kembali ke laut biru yang ada jauh di depan mata mereka.
Mungkin pantai ini kini menjadi medan perang bagi kura-kura itu, tidak sedikit kura-kura yang “berjuang” di sana telah terkapar terpanggang panas matahari yang menyengat tubuh mungil mereka. Mungkin para kura-kura itu juga sempat sesekali berpikir penuh tanya, “Benarkah ini hanya sia-sia? Bisakah kita mencapai laut itu untuk tetap hidup di sana?”
Tetapi sekali lagi, mereka tetap dengan gigih berupaya menuju air kehidupan mereka. Sementara manusia-manusia di sana hanya terpaku bisu tanpa melakukan apa-apa. Memang, berusaha mengembalikan kura-kura itu adalah sesuatu yang sia-sia tampaknya. Orang-orang itu mungkin berpikir hanya tinggal menunggu waktu tempat ini akan menjadi kuburan massal bagi para kura-kura malang itu.
Tiba-tiba dari kerumunan orang-orang itu tadi majulah seseorang memecah keheningan. Dia mendekat ke arah pantai dan menuju ribuan kura-kura itu. Dia angkat satu ekor kura-kura di tangan kirinya, dan satu lagi dengan tangan kanannya lantas menuju laut dan dengan menundukkan badan dia melepaskannya. Dia kembali mendekat ke arah kumpulan kura-kura itu dan sekali lagi membawa 2 ekor kura-kura dari timbunan pasir dan membawanya ke laut untuk dilepaskan. Dia kembali berdiri, dan lagi-lagi menuju ke tempat yang sama dan membawa 2 kura-kura lagi untuk dilepaskan ke laut.
Peristiwa itu terjadi terus-menerus hingga orang-orang di sana meneriakinya, “Hei apa yang kau lakukan? Itu perbuatan sia-sia Bung. Kau hanya akan mendapat lelah, sementara kura-kura itu tetap akan mati di sini. Tidak ada cukup waktu untukmu mengembalikan mereka kembali ke laut.” Memang seolah-olah tidak berkurang jumlah kura-kura yang ada di pantai meskipun telah beberapa kali orang tadi melepaskan kura-kura ke laut.
Namun, dia hanya diam dan terus mengambil dan mengembalikan ribuan kura-kura di sana. Entah apa yang dipikirkannya, ketika orang-orang lain terdiam dan terpaku bisu, dia malah merelakan tubuhnya berpanas-panasan dengan terik matahari demi melakukan usaha yang tampaknya hanya sia-sia.
Hal mengejutkan kembali terjadi, kini 2 orang keluar dari kerumunan dan menuju ke pantai ke arah kura-kura. Mereka angkat beberapa kura-kura secara bersamaan dan mereka bawa ke laut untuk kemudian dilepaskan. Mereka kembali lagi, dan secara terpisah kini mereka bawa beberapa ekor kura-kura lagi untuk dilepaskan lagi ke laut.
Lalu… Beberapa orang lagi kini keluar dari kerumunan dan menuju pantai. Mereka angkat, dan mereka bawa kura-kura itu untuk dikembalikan ke laut lepas. Dan,Tidak beberapa lama, kini hampir semua orang yang ada di sana menuju hamparan pasir itu dan dengan cepat berusaha mengembalikan para kura-kura “pejuang” itu ke laut.
Tak beberapa lama, pantai yang tadi dipenuhi ribuan kura-kura, mulai kosong dan terlihat bersih kembali. Memang belum semua kura-kura dapat dikembalikan ke laut, namun setidaknya ada sebuah hasil yang ternyata tidak sia-sia untuk dilakukan. Orang-orang tadi yang semula berpikir bahwa itu adalah perbuatan yang sia-sia, akhirnya degan niat dan keinginan mereka sendiri melakukan hal itu, meski sebelumnya mereka yakin bahwa itu adalah perbuatan tanpa guna. Mereka bersama-sama melepaskan kura-kura itu ke laut, meski mereka tahu bahwa mungkin ini adalah hal yang sia-sia untuk mereka. Namun mungkin mereka juga berpikir bukankah setiap peristiwa besar selalu diawali dengan hal yang kecil yang tampaknya sia-sia untuk dikerjakan. Mungkin juga mereka teringat, bahwa bukankah setiap perbuatan kecil menurut mereka bisa jadi merupakan bantuan luar biasa bagi orang lain di waktu yang sama.
Dan, bukankah seikat lidi akan lebih kuat dan lebih bermanfaat daripada sebatang lidi rapuh yang bahkan patah dengan hanya ditekuk menggunakan dua jari kecil kita. Tidak semua hal sulit itu ternyata sesulit kelihatannya. Dan mungkin hal tersulit dalam melakukan suatu karya besar dalam kehidupan kita adalah Proses Mengawalinya.
Memulai untuk merintis hal baru di mana tidak semua orang dapat melakukannya dengan lancar sesuai keinginannya. Seperti cerita di atas, terkadang kita memang membutuhkan seorang pelopor yang berjiwa besar untuk menunjukkan cara memulainya kepada kita. Memulai sesuatu dari yang tampaknya hanya sia-sia belaka. Memulai sesuatu yang mungkin akan diawali dengan sebuah kegagalan. Tetapi ingatlah, bahwa hal itu mungkin kelak akan ditutup dengan sebuah keberhasilan besar yang indah.
Sementara yang lain menjawab, “Tentu kita hanya akan melakukan hal yang sia-sia Bung.”
Mereka hanya terdiam sambil menggelengkan kepala, sementara kura-kura di sana dengan susah payah menghentakkan kakinya langkah demi langkah dengan semua sisa-sisa daya yang dimiliki untuk kembali ke laut biru yang ada jauh di depan mata mereka.
Mungkin pantai ini kini menjadi medan perang bagi kura-kura itu, tidak sedikit kura-kura yang “berjuang” di sana telah terkapar terpanggang panas matahari yang menyengat tubuh mungil mereka. Mungkin para kura-kura itu juga sempat sesekali berpikir penuh tanya, “Benarkah ini hanya sia-sia? Bisakah kita mencapai laut itu untuk tetap hidup di sana?”
Tetapi sekali lagi, mereka tetap dengan gigih berupaya menuju air kehidupan mereka. Sementara manusia-manusia di sana hanya terpaku bisu tanpa melakukan apa-apa. Memang, berusaha mengembalikan kura-kura itu adalah sesuatu yang sia-sia tampaknya. Orang-orang itu mungkin berpikir hanya tinggal menunggu waktu tempat ini akan menjadi kuburan massal bagi para kura-kura malang itu.
Tiba-tiba dari kerumunan orang-orang itu tadi majulah seseorang memecah keheningan. Dia mendekat ke arah pantai dan menuju ribuan kura-kura itu. Dia angkat satu ekor kura-kura di tangan kirinya, dan satu lagi dengan tangan kanannya lantas menuju laut dan dengan menundukkan badan dia melepaskannya. Dia kembali mendekat ke arah kumpulan kura-kura itu dan sekali lagi membawa 2 ekor kura-kura dari timbunan pasir dan membawanya ke laut untuk dilepaskan. Dia kembali berdiri, dan lagi-lagi menuju ke tempat yang sama dan membawa 2 kura-kura lagi untuk dilepaskan ke laut.
Peristiwa itu terjadi terus-menerus hingga orang-orang di sana meneriakinya, “Hei apa yang kau lakukan? Itu perbuatan sia-sia Bung. Kau hanya akan mendapat lelah, sementara kura-kura itu tetap akan mati di sini. Tidak ada cukup waktu untukmu mengembalikan mereka kembali ke laut.” Memang seolah-olah tidak berkurang jumlah kura-kura yang ada di pantai meskipun telah beberapa kali orang tadi melepaskan kura-kura ke laut.
Namun, dia hanya diam dan terus mengambil dan mengembalikan ribuan kura-kura di sana. Entah apa yang dipikirkannya, ketika orang-orang lain terdiam dan terpaku bisu, dia malah merelakan tubuhnya berpanas-panasan dengan terik matahari demi melakukan usaha yang tampaknya hanya sia-sia.
Hal mengejutkan kembali terjadi, kini 2 orang keluar dari kerumunan dan menuju ke pantai ke arah kura-kura. Mereka angkat beberapa kura-kura secara bersamaan dan mereka bawa ke laut untuk kemudian dilepaskan. Mereka kembali lagi, dan secara terpisah kini mereka bawa beberapa ekor kura-kura lagi untuk dilepaskan lagi ke laut.
Lalu… Beberapa orang lagi kini keluar dari kerumunan dan menuju pantai. Mereka angkat, dan mereka bawa kura-kura itu untuk dikembalikan ke laut lepas. Dan,Tidak beberapa lama, kini hampir semua orang yang ada di sana menuju hamparan pasir itu dan dengan cepat berusaha mengembalikan para kura-kura “pejuang” itu ke laut.
Tak beberapa lama, pantai yang tadi dipenuhi ribuan kura-kura, mulai kosong dan terlihat bersih kembali. Memang belum semua kura-kura dapat dikembalikan ke laut, namun setidaknya ada sebuah hasil yang ternyata tidak sia-sia untuk dilakukan. Orang-orang tadi yang semula berpikir bahwa itu adalah perbuatan yang sia-sia, akhirnya degan niat dan keinginan mereka sendiri melakukan hal itu, meski sebelumnya mereka yakin bahwa itu adalah perbuatan tanpa guna. Mereka bersama-sama melepaskan kura-kura itu ke laut, meski mereka tahu bahwa mungkin ini adalah hal yang sia-sia untuk mereka. Namun mungkin mereka juga berpikir bukankah setiap peristiwa besar selalu diawali dengan hal yang kecil yang tampaknya sia-sia untuk dikerjakan. Mungkin juga mereka teringat, bahwa bukankah setiap perbuatan kecil menurut mereka bisa jadi merupakan bantuan luar biasa bagi orang lain di waktu yang sama.
Dan, bukankah seikat lidi akan lebih kuat dan lebih bermanfaat daripada sebatang lidi rapuh yang bahkan patah dengan hanya ditekuk menggunakan dua jari kecil kita. Tidak semua hal sulit itu ternyata sesulit kelihatannya. Dan mungkin hal tersulit dalam melakukan suatu karya besar dalam kehidupan kita adalah Proses Mengawalinya.
Memulai untuk merintis hal baru di mana tidak semua orang dapat melakukannya dengan lancar sesuai keinginannya. Seperti cerita di atas, terkadang kita memang membutuhkan seorang pelopor yang berjiwa besar untuk menunjukkan cara memulainya kepada kita. Memulai sesuatu dari yang tampaknya hanya sia-sia belaka. Memulai sesuatu yang mungkin akan diawali dengan sebuah kegagalan. Tetapi ingatlah, bahwa hal itu mungkin kelak akan ditutup dengan sebuah keberhasilan besar yang indah.