Novel O tulisan Eka Kurniawan (Gramedia, Februari 2016) |
---
O, tentu saja seekor monyet sebagaimana digambarkan di sampulnya, adalah anggota kelompok topeng monyet milik seorang pawang bernama Betalumur. Meski tuannya ini sering menyiksanya, O tetaplah setia padanya. Kesempatan untuk kabur tidak pernah ia hiraukan. Semua itu demi sebuah mimpi mulia: menjadi manusia.
Keyakinan O ini, bahwa bergabung kelompok topeng monyet akan mengubahnya jadi manusia, berawal dari kisah cintanya dengan seekor pejantan bernama Entang Kosasih. Yah, seperti manusia, mereka juga mempunyai nama. Bukan hanya mereka berdua, tetapi juga monyet-monyet lain yang dikisahkan hidup di satu tempat di pinggir Jakarta, Rawa Kalong. Armo Gundul semisal, adalah nama yang sudah menjadi legenda dalam dunia per-monyet-an. Cerita turun temurun meyakini bahwa ia adalah monyet pertama yang berhasil menjadi manusia. Kisahnya diceritakan terus menerus oleh monyet-monyet tua kepada generasi yang lebih muda. Dan Entang Kosasih adalah satu di antara yang tersihir dengan cerita tersebut. Lantas juga membuatnya memiliki cita-cita sama: menjadi manusia.
Keinginan sang kekasih membuat O pusing. Bukan apa-apa. Keduanya sudah sepakat untuk menikah. Waktu sudah ditetapkan, bulan sepuluh. Tetapi, semenjak cita-cita menjadi manusia tercetus, Entang Kosasih seolah mulai tak acuh pada rencana mereka. Tujuan hidupnya kini satu saja: menjadi manusia. Sementara yang lain, "...lihat saja nanti."
Lantas bagaimana ceritanya O, yang awalnya menganggap kekasihnya sudah dibutakan oleh keyakinan, akhirnya memiliki mimpi serupa?