Aan Mansyur bersama Wan Nor Azriq di Kuala Lumpur Literary Festival 2016 |
"Membaca puisi kita dapat memilih mana yang kita suka. Sementara membaca novel misalnya, harus tekun mengikuti alur cerita dari satu halaman ke halaman lain." ungkapnya. Tepat setelah paparan singkatnya tersebut suara si penyair terdengar serak, sebelum kemudian ia memegangi tenggorokannya. Penganjur acara tergopoh memberikannya air.
Penulis Wan Nor Azriq sigap menimpali dengan menyinggung faktor kedekatan penyair sekarang dengan khalayak yang membuat puisi mendapatkan pembaca yang lebih luas. Di masa lalu para penyair seolah hidup di dunia yang berbeda, sementara kini sudah biasa penyair berinteraksi dengan para penikmat karyanya. "Penyair sekarang sudah serupa selebritis."
Alasan lain lantas ditambahkan oleh Aan. Menurutnya puisi mudah untuk dikolaborasikan dengan karya seni lain dan tentu saja ini membuat puisi tidak lagi sekadar dibaca oleh penikmat puisi. Ketika kumpulan puisinya, Melihat Api Bekerja, diluncurkan semisal, Aan yakin bahwa pembaca awalnya sebagian besar bukanlah penyuka puisi, namun penikmat seni rupa.
Pun masih segar dalam ingatan tentu saja ketika kemudian puisi-puisi Aan dibacakan oleh Rangga dalam Ada Apa dengan Cinta 2. Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.