menghabiskan coretan-coretan tak sadar , dan meninggalkan makna yang jauh dari kesempurnaan.aku adalah waktumu ketika detik tak terayun dalam jangkarnya.serta aku adalah mimpi yang kau rindukan dalam sedikit malammu sebelum pagi membangunkanmu
hari ini ingin kulantunkan sejuta tanya pada burung-burung yang tak ingin hadir diperaduan waktu “mengapa engkau tak pedulikan syairku?
maka perlahan ia menjawab , aku tak pernah ingin berbicara layaknya manusia karena saat ini aku masih terpikirkan oleh dosa” jika saja aku hujamkan pandanganku kepadanya mungkin ia akan memintaku untuk kembali dalam kelelapan yang menirukan malam-malamku sebelumnya. Dimana waktu itu akan hanya butuh satu malam untuk menghabiskan beribu-ribu cerita dalam bingkai mimpi atau aku hanya cukup ucapkan satu pekikan rindu yg menjalar kejiwaku sebelum pandangan ini tak lagi kujatuhkan dalam reruntuhan dunia.dan aku tahu saat itu tak mungkin bila kekecewaan akan mengajakku bersenda gurau menemui waktu yang terperangkap dalam tiap himpitan rasa takutku sebelum kuterlantarkan isi pikiran ini…
ketika ia naik dari baitanya ,...berbeda satu jengkal (mungkin antara malam dengan pagi jika kubedakan antara keduanya) berawal dari mendung lalu kuhitung tiap bulatan hitam diatas mega itu dengan angka-angka kematian . angka-angka yang tak terisi penuh dan angka –angka yang tak muncul dikehidupanku sesaat lalu.
Ialah angka yang tak menghidupkan rasa cemburu itu menjadi satu dongeng ketika aku mulai melafalkannya. Serta angka yang tak mampu menceritakan perjalananku seusai jiwa ini terlempar oleh ombak kemarahanmu
Seakan ia bercerita pada masa….
aku adalah rasa iba yang tercecer diperaduan canvas yang olehnya teroles beribu kuas. andai aku tak dengarkan cerita pendahuluku aku pasti tak buatkan dunia ini penuh dengan lukisan pilu
Aku adalah rasa takut yang melarikan rasa rindu pada tiap-tiap malam sebelum engkau meninggalkan mimpi yang selalu ingin kutuangkan bersamamu.meramaikan bilik wajahmu saat kau coba palingkan dari tatapanku memintamu.
Dan inilah sedikit maksud tentang angka-angka yang menyelimuti kehidupanku….
hari ini ingin kulantunkan sejuta tanya pada burung-burung yang tak ingin hadir diperaduan waktu “mengapa engkau tak pedulikan syairku?
maka perlahan ia menjawab , aku tak pernah ingin berbicara layaknya manusia karena saat ini aku masih terpikirkan oleh dosa” jika saja aku hujamkan pandanganku kepadanya mungkin ia akan memintaku untuk kembali dalam kelelapan yang menirukan malam-malamku sebelumnya. Dimana waktu itu akan hanya butuh satu malam untuk menghabiskan beribu-ribu cerita dalam bingkai mimpi atau aku hanya cukup ucapkan satu pekikan rindu yg menjalar kejiwaku sebelum pandangan ini tak lagi kujatuhkan dalam reruntuhan dunia.dan aku tahu saat itu tak mungkin bila kekecewaan akan mengajakku bersenda gurau menemui waktu yang terperangkap dalam tiap himpitan rasa takutku sebelum kuterlantarkan isi pikiran ini…
ketika ia naik dari baitanya ,...berbeda satu jengkal (mungkin antara malam dengan pagi jika kubedakan antara keduanya) berawal dari mendung lalu kuhitung tiap bulatan hitam diatas mega itu dengan angka-angka kematian . angka-angka yang tak terisi penuh dan angka –angka yang tak muncul dikehidupanku sesaat lalu.
Ialah angka yang tak menghidupkan rasa cemburu itu menjadi satu dongeng ketika aku mulai melafalkannya. Serta angka yang tak mampu menceritakan perjalananku seusai jiwa ini terlempar oleh ombak kemarahanmu
Seakan ia bercerita pada masa….
aku adalah rasa iba yang tercecer diperaduan canvas yang olehnya teroles beribu kuas. andai aku tak dengarkan cerita pendahuluku aku pasti tak buatkan dunia ini penuh dengan lukisan pilu
Aku adalah rasa takut yang melarikan rasa rindu pada tiap-tiap malam sebelum engkau meninggalkan mimpi yang selalu ingin kutuangkan bersamamu.meramaikan bilik wajahmu saat kau coba palingkan dari tatapanku memintamu.
Dan inilah sedikit maksud tentang angka-angka yang menyelimuti kehidupanku….