Lawang Sewu, 1909 - Gambar milik KITLV |
Pada masanya, bangunan berlantai 2 ini adalah kantor pusat Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij, perusahaan kereta api pertama di Hindia Belanda yang melayani wilayah Jawa bagian tengah dan Yogyakarta.
Bagian depan bangunan bersejarah ini dihiasi oleh menara kembar model gothic dan membelah menjadi dua sayap, memanjang kebelakang yang mengesankan kokoh, besar dan indah. Gedung megah bergaya art deco ini dirancang oleh dua arsitek Belanda, Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag.
Begitu masuk ke Lawang Sewu, mata akan segera dimanjakan dengan ragam ukir kaca grafir. Sebuah tangga besar akan langsung mengantarkan kita ke lantai dua. Keindahan hiasan kaca warna-warni akan menyambut kita di puncak anak tangga. Dinding dan tiang-tiang yang masih kokoh melengkapi kemegahan bangunan ini.
Lantai dua Lawang Sewu juga terhubung ke sebuah balkon yang akan menyuguhkan pemandangan kota Semarang.
Panjara Bawah Tanah
Setelah puas menelusuri bagian atas, perjalanan berlanjut dengan mengelilingi bagian dasar bangunan. Pintu-pintu tinggi yang berjajar di bagian sayap gedung menggelitik pikiran untuk sejenak membayangkan kesibukan dalam gedung ini di masa lalu.
Serupa dengan bangunan-bangunan peninggalan kolonial lainnya, Lawang Sewu juga memiliki ruang bawah tanah. Ruangan-ruangan ini dulunya merupakan penjara dan tempat penyiksaan tahanan. Perjalanan bawah tanah ini ditemani oleh seorang pemandu.
Dengan penerangan senter pemandu akan membawa pengunjung menelusuri lorong-lorong selebar 1,5 meter dengan ketinggian sekitar 2 meter. Ruangan ini pengap, sumpek, juga lembab. Satu persatu pemandu akan menunjukan kamar-kamar di kiri kanan lorong. Di ujung ruangan terdapat bak-bak beton. Di bak-bak ini dulunya para tahanan akan dipaksa untuk jongkok untuk kemudian direndam air setinggi leher. Bagian atas bak lantas ditutup jeruji besi.
Serupa dengan bangunan-bangunan peninggalan kolonial lainnya, Lawang Sewu juga memiliki ruang bawah tanah. Ruangan-ruangan ini dulunya merupakan penjara dan tempat penyiksaan tahanan. Perjalanan bawah tanah ini ditemani oleh seorang pemandu.
Dengan penerangan senter pemandu akan membawa pengunjung menelusuri lorong-lorong selebar 1,5 meter dengan ketinggian sekitar 2 meter. Ruangan ini pengap, sumpek, juga lembab. Satu persatu pemandu akan menunjukan kamar-kamar di kiri kanan lorong. Di ujung ruangan terdapat bak-bak beton. Di bak-bak ini dulunya para tahanan akan dipaksa untuk jongkok untuk kemudian direndam air setinggi leher. Bagian atas bak lantas ditutup jeruji besi.
Pemandu juga menunjukkan jejeran ruang kecil seperti lemari bersekat batu bata dengan ukuran sekitar 1x1 meter. Menurutnya, kotak-kotak tersebut dulunya diisi 5 hingga 6 orang tahanan. Ruangan terakhir di bawah tanah ini adalah ruang eksekusi. Tampak satu meja baja tertanam di lantai. Meja ini konon adalah meja pemenggalan kepala bagi tahanan yang dijatuhi hukuman mati. Hii...
Setelah merdeka, Lawang Sewu sempat menjadi kantor Jawatan Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai Kodam IV/Diponegoro dan Departemen Perhubungan Jawa Tengah.
sumber: explore-indonesia