Menyoal Gaby

| Juni 25, 2008 | Sunting
BEBERAPA bulan terakhir, di internet, beredar lagu tak berjudul yang dinyanyikan oleh seorang perempuan yang konon bernama Gaby. Mulai dari blog, mailing list, forum dan situs pertemanan membicarakan Gaby serta lagu misterius yang diyakini banyak orang memiliki unsur mistis itu. Namun, siapa Gaby? Siapa sesungguhnya penyanyi yang akhir-akhir ini begitu fenomenal di dunia maya itu?

Nama Gaby mulai dikenal awal Januari 2008. Dialah penyanyi lagu tak berjudul yang saat ini dikenali publik dengan sebutan ”Jauh Kau Pergi”. Lagu itu meledak karena kisah tragis yang terdendangkan. Beragam versi di balik lagu itu bermunculan. Meski begitu, inti syair lagu itu cuma satu: tentang gadis yang bunuh diri karena ditinggal sang kekasih.
Kenangan, jejak-jejak masa silam
Simaklah lirik lagu saat ini acap diunduh dari internet itu. "Pernah ada rasa cinta/antara kita kini tinggal kenangan /Ingin kulupakan/semua tentang dirimu/Namun tak lagi kan seperti dirimu/oh bintangku//Jauh kau pergi meninggalkan diriku/di sini aku merindukan dirimu/kini ku coba mencari penggantimu/namun tak lagi kan seperti dirimu/oh kekasih.” 

Ada versi yang menyebutkan jika diputar balik akan terdengar kalimat ”Ku ingin memiliki nafasmu jikalau aku mati/ Bisakah Aku memiliki nafasmu jikalau aku mati”. Namun sampai saat ini, siapa pencipta dan penyanyi lagu itu tetap misterius. Meski bermunculan klaim dari berbagai pihak sebagai pemilik lagu itu. Beberapa band dan musikus dari Makassar, Manado,Banten, Madiun, dan Surabaya pun menyatakan lagu itu adalah buah karya mereka. Namun semua itu belum bisa dibuktikan.

Yah, semoga Gaby yang misterius itu segera menampakkan rupa walaupun (sepertinya) ia yang bersahaja itu masih silau terhadap gemerlap dunia layar kaca. 

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine