Maaf, saya agak sulit bicara bahasa Indonesia …

| Oktober 23, 2009 | Sunting
"Aunt Nina, I want to cut my hair, tapi mom bisa very very angry cause she likes my hair panjang".

Terselipnya kata-kata bahasa Inggris di dalam percakapan bahasa Indonesia di kalangan anak-anak kini bisa kita dengar dimana-mana.  Hal ini bisa dipahami karena jumlah sekolah Internasional di Indonesia terutama di Jakarta kini semakin banyak. Sekolah-sekolah tersebut menggunakan kurikulum dari luar negeri dan bahasa pengantar sehari-hari yang dipakai adalah bahasa asing. Dan sekolah-sekolah tersebut bukan lagi monopoli orang asing. Orang tua pun kini merasa bangga jika anak-anak mereka sudah mulai menyelipkan kata-kata bahasa Inggris di dalam percakapannya sejak dini.


Menyelipkan kata-kata bahasa Inggris ke dalam percakapan bahasa Indonesia ternyata tidak hanya dilakukan oleh anak-anak. Kalau kita menonton acara wawancara resmi, dialog atau perdebatan politik dan ekonomi di televisi jarang sekali kita temukan satu wawancara atau dialog dimana baik yang melakukan wawancara maupun yang diwawancarai menggunakan seratus persen bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Mereka tampak kewalahan untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia sepenuhnya. Selalu saja ada kata-kata, istilah-istilah, dan ungkapan-ungkapan asing yang diselipkan di sela-sela bahasa Indonesia. Demikian juga jika kita membaca laporan wawancara di koran atau majalah. Selalu ada kata-kata yang ditulis miring dalam kutipan wawancara yang menunjukkan bahwa kata yang ducapkan tersebut merupakan ungkapan asing.

Apakah masyarakat Indonesia sudah menjadi masyarakat dwibahasawan? Seperti di Belgia yang menetapkan bahasa Belanda dan Perancis sebagai bahasa negara, Finlandia dengan bahasa Find dan bahasa Swedia? Atau di Montreal Kanada, dimana bahasa Inggris dan Perancis dipakai secara bergantian oleh warganya.? Rasanya tidak tepat menyimpulkan demikian. Karena yang terjadi saat ini adalah situasi dimana banyak masyarakat yang berbahasa Inggris tidak, berbahasa Indonesia pun tidak.

Fenomena lain yang terjadi adalah kenyataan bahwa para lulusan luar negeri umumnya lebih fasih berbahasa asing dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Kini timbul gejala di masyarakat dimana mereka merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.

Banyak yang merasa dirinya lebih pandai daripada yang lain karena telah menguasai bahasa asing (Inggris) dengan fasih, walaupun penguasaan bahasa Indonesianya kurang sempurna. Tidak sedikit yang menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik atau menganggap bahasa Indonesia tidak penting.

Bahasa Indonesia memang bukan bahasa ibu karena kita semua baru mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar setelah kita masuk sekolah. Bahasa ibu kita adalah bahasa informal daerah tempat kita dibesarkan. Dalam komunikasi sehari-hari masyarakat Indonesia tidak menggunakan bahasa Indonesia formal tetapi bahasa ibu, bahasa informal yang tidak memiliki aturan yang baku. Setiap orang bebas mencampur adukkan istilah. Dalam bahasa informal hal ini sah-sah saja.

Sejak dulu masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang diglosik. Yaitu suatu keadaan dimana masyarakat menguasai dua bahasa atau lebih yang digunakan secara bergantian, namun masing-masing bahasa mempunyai peranannya masing-masing. Terdapat perbedaan yang sangat tajam di masyarakat antara bahasa formal dengan bahasa informal. Kedua jenis bahasa tersebut digunakan pada situasi dan konteks yang juga berbeda.

Menurut peta bahasa yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Depdiknas saat ini Indonesia memiliki lebih dari 746 bahasa daerah dan 17.508 pulau. Sebuah kekayaaan yang tidak ternilai. Namun kekayaan bahasa yang kita miliki ini juga berpotensi menjadi sebuah kelemahan yang dapat dengan mudah dimanfaatkan untuk memecah belah bangsa.


Di awal abad ke20 para pejuang kemerdekaan Indonesia sudah menyadari pentingnya kebutuhan satu bahasa nasional yang mampu menyatukan seluruh rakyat Indonesia jika negera ini ingin merdeka dari penjajahan Belanda. Dengan Sumpah Pemuda, pada tanggal 28 Oktober 1928, sekelompok pemuda tersebut bersumpah satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa, yaitu Indonesia.

Sebagai bahasa yang dipilih menjadi bahasa nasional, bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang lahir karena suatu keputusan dan perencanaan. Ketika kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, Bahasa Indonesia pun resmi menjadi bahasa nasional dalam arti yang sesungguhnya.

Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa pemerintahan dan administrasi yang digunakan di dalam situasi formal seperti pidato, penulisan serta bahasa di media masa resmi seperti televisi, radio, koran dan majalah serta buku-buku. Bahasa formal juga bahasa yang digunakan sebagai media komunikasi di sekolah-sekolah dan universitas-universitas serta acara-acara resmi lainnya. Teks proklamasi kemerdekaan adalah dokumen resmi pemerintah pertama yang ditulis dalam bahasa Indonesia.

Dalam proses perkembangannya bahasa Indonesia berkembang menjadi tombak kekuatan yang menyatukan bangsa Indonesia. Sebuah proses yang menakjubkan dan dikagumi oleh banyak ahli bahasa di seluruh dunia. Bayangkan, rakyat suatu negara kepulauan yang terdiri dari berpuluh puluh suku dengan bahasanya yang berbeda beda berhasil digiring untuk menerima satu bahasa di luar bahasa daerah mereka sebagai bahasa persatuan bangsa, bahasa nasional. Tanpa konflik dan tanpa perdebatan.

Sejak jaman sebelum kemerdekaan, berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bahasa persatuan Indonesia telah dilakukan. Mulai dari perubahan ejaan, pengembangan peristilahan, penyusunan kamus besar bahasa Indonesia, hingga perumusan tata bahasa agar dicapai suatu bahasa yang standar yang dapat menjadi patokan seluruh jajaran masyarakat. Penelitian bahasa dan seminar serta kampanye penggunaaan bahasa Indonesia yang baik dan benar lewat pers, media televisi dan sekolah-sekolah terus dilakukan.

Semua pihak, setiap bidang dan setiap profesi bahu membahu memelihara bahasa Indonesia. Simak saja lagu anak-anak ‘Naik Delman’ yang diciptakan pak Kasur sebelum pembukaan Ganefo tahun 1962.

Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota.
Naik delman istimewa kududuk di muka
Duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendali kuda supaya baik jalannya
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Tuk tik tak tik tuk tik tak … suara sepatu kuda.

Bagi generasi yang lahir di tahun 50-an hingga 70-an, lagu ciptaan pak Kasur di atas adalah lagu yang sangat kental dengan masa kanak-kanak. Hingga kini, dimana sebagian besar sudah memasuki masa pensiun, lagu itu tidak pernah luntur dari ingatan. Perhatikanlah struktur dan tata bahasa serta kosa kata yang digunaan dalam syair lagu tersebut. Tanpa disadari sejak kecil generasi ini sudah diajarkan bagaimana berbahasa Indonesia yang baik dan benar lewat lagu.

Di dalam pidato peringatan kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara pada tahun 1972 almarhum Presiden Soeharto bahkan dengan tegas menyatakan bahwa pembentukan bahasa Indonesia adalah tanggung jawab nasional karena bahasa yang baik berkaitan erat dengan pembangunan bangsa.

Himbauan ini diulang setiap tahun di dalam setiap pidato peringatan kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara. Pemerintahan di era Suharto memang sangat gencar mengampanyekan penggunaan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Media masa seperti televisi, radio, majalah dan koran diwajibkan menjadi acuan masyarakat dalam berbahasa. Gedung - gedung dan perkantoran di Jakarta yang masih memakai nama yang berbau asing mendapat surat edaran keras dari pemerintah DKI Jaya agar segera membuang istilah yang tidak Indonesia itu. Dulu, seminggu sekali ada acara Pembinaan Bahasa Indonesia di televisi.

Kini keadaannya sudah berbeda. Jika kita mengitari pusat perbelanjaan atau deretan pertokoan Anda bisa lupa bahwa kita ada di Indonesia. Karena hampir tidak ada lagi gedung-gedung, toko-toko atau restoran-restoran yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai nama badan usahanya. Media cetak maupun eletronik semakin banyak yang berusaha meng-Inggris-kan rubrik-rubriknya.

Semakin banyak pula perusahaan yang mulai beriklan dengan bahasa Inggris. Seperti ada konsep pemasaran yang tidak tertulis bahwa pasar akan lebih tertarik jika nama toko, tempat atau barang menggunakan bahasa Inggris karena terlihat lebih keren. Era reformasi dan demokrasi seperti membebaskan semuanya. Tidak ada lagi anjuran penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seiring dengan terjadinya pergeseran ranah penggunaan bahasa Indonesia oleh bahasa Inggris, bahasa informal pun mulai mendominasi media cetak dan eletronik. Pengguna bahasa Indonesia yang baik dan benar terasa semakin langka.

Jadi, apakah yang terjadi dengan bahasa nasional kita? Kemana perginya bahasa Indonesia? Sudah begitu asingkah bahasa Indonesia di negeri sendiri? Betulkah bahwa bahasa Indonesia itu miskin kosa kata sehingga lebih mudah mengungkap sesuatu dalam bahasa Inggris dibandingkan dengan bahasa Indonesia? Padahal KBBI revisi ke-4 yang diluncurkan 2008 pada Kongres Bahasa Ke-9 pada 28 Oktober 2008 yang lalu memuat sekitar 100.000 lema (entry) atau bertambah 22.000 lema hasil serapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Belum ada yang melakukan penelitian mengenai berapa persenkah rakyat Indonesia yang kini mampu berbicara dan menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun seorang pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pernah menyatakan keprihatiannya ketika dia harus lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membetulkan bahasa tulisan mahasiswa si pembuat skripsi daripada isi tulisan itu sendiri.

Indonesia sebagai sebuah kesatuan fisik, semangat dan jiwa bukanlah cita-cita yang terbentuk begitu saja. Pentingnya mempersatukan nusantara membuat Gajah Mada pernah bersumpah lewat Sumpah Palapa: "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".

Sudah tidak ada lagikah kebanggaan kita pada bahasa Indonesia yang telah menyatukan kita semua? Sadarkah kita bahwa bahasa Indonesia juga adalah jati diri bangsa? Sudah lupakah kita pada Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda?

Kalau kita mau merenung sejenak, bahasa Indonesia itu memiliki kekuatan luar biasa yang mampu melampaui kekuatan militer. Dengan bahasa Indonesia yang mahir bung Tomo mampu membakar semangat para pejuang nasionalisme pada tanggal 10 Nopember 1945. Bung Karno, yang menguasai sedikitnya tujuh bahasa asing dengan baik, mampu menyuarakan seruan hatinya dengan bahasa Indonesia lewat pidato-pidatonya yang membahana dan memukau. Amunisi kata-katanya begitu kaya dan dalam. Kemampuannya membangun struktur kalimat dalam setiap pidatonya mampu membuat siapa pun yang mendengarnya merasakan tumbuhnya tunas semangat baru dalam hidupnya.

Di era pembangunan kita semua pun telah menjadi saksi bahwa bahasa mampu meredam gejolak ekonomi, mampu mengurangi sensitifitas sosial dan politik bahkan membalikkan sesuatu yang berkesan negatif menjadi positif.

Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak popular dapat kita hindari dengan menghaluskan ungkapan. Tentu kita semua masih ingat istilah "kenaikan harga" yang dihaluskan menjadi "penyesuaian harga" atau "gelandangan" yang memberikan konotasi merendahkan menjadi "tunawisma". Padahal kita semua tahu bahwa harga barang tetap naik walaupun namanya diganti menjadi "penyesuaian harga", dan seorang gelandangan tidak menjadi lebih kaya walaupun istilahnya diganti menjadi "tunawisma". Mengapa pemerintah kini malah mengeluarkan kebijakan dalam bahasa Inggris seperti ‘sunset policy’?

Lihat saja Amerika. Dengan kemampuannya berbahasa negara adidaya tersebut mampu mengarahkan kepentingan politiknya. Kejahatan perang disebut “war crimes”, tetapi kata tersebut pantang diucap kalau Israel yang melakukannya sehingga istilahnya berubah mejadi “violation of humanitarian law”. Pembunuhan warga sipil oleh tentara Amerika disebut “collateral damage” dan bukan “civil casualties” meskipun pembunuhan tersebut dilakukan dengan sengaja. Kesalahan tentara Amerika yang menembak kawan sendiri disebut "friendly fire" padahal yang sebenarnya terjadi adalah "negligent discharge".

Bahasa Indonesia juga adalah bahasa yang mampu menjembatani jurang komunikasi antar suku yang memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda. Sarana utama yang mewujudkan dan memelihara Bhinneka Tunggal Ika. Pemerintah tidak perlu menterjemahkan setiap kebijakan menjadi bahasa daerah yang berlain-lainan. Para peneliti, wisatawan, politisi, pengusaha dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya tidak perlu mempelajari bahasa daerah jika mereka mengunjungi daerah-daerah di seluruh pelosok Indonesia.


Biar beda, satu bahasa :)
Goenawan Mohamad pernah menulis, “Jika kita bepergian ke pelbagai pelosok Indonesia, satu hal menolong kita: bahasa Indonesia. Ini saya alami baru-baru ini. Seandainya saya di India, saya harus memakai sejumlah bahasa lokal. Seandainya saya di Amerika, saya harus mengerti bahasa Spanyol selain bahasa Inggris.”

Jika kita tidak ingin Bahasa Indonesia menjadi bahasa asing di negeri kita sendiri maka keberadaannya senantiasa harus dipelihara, perkembangannya harus dicermati. Pengubahsuaian kosa kata dan struktur bahasa asing yang terserap ke dalam penggunaan sehari hari harus terus dilakukan. Namun Lembaga Bahasa, para ahli bahasa dan pencinta bahasa tidak bisa bergerak sendirian dan tidak akan mampu berjuang sendirian. Memelihara bahasa nasional memerlukan keterlibatan dan keputusan pemerintah dan pemimpin negara.

Bahasa Indonesia adalah anugerah Tuhan yang pantang kita sia-siakan. Bahasa persatuan yang dirumuskan dengan teliti lewat perjuangan darah, keringat, dan nyawa delapan puluh satu tahun yang lalu adalah sebuah keajaiban yang mampu menyatukan bangsa tanpa kekuatan politik dan militer yang tidak mampu dilakukan oleh negara mana pun. Tengok saja Negara tetangga kita Malaysia, Singapura, dan Filipina. Bahasa Melayu dan Tagalog tidak mampu mencapai status sebagai bahasa nasional seperti Bahasa Indonesia di Indonesia karena kuatnya pengaruh bahasa Inggris. Pada sensus tahun 2001, pemerintah India harus mencetak formulir ke dalam 17 bahasa lokal.
Layakkah jika sosok-sosok yang duduk di pemerintahan tidak mampu berbahasa Indonesia? Relakah kita jika kedudukan bahasa Indonesia tergeser oleh bahasa asing seperti yang terjadi di Negara tetangga? Haruskah kita menunggu sampai UNESCO memasukkan bahasa Indonesia ke dalam daftar bahasa yang diancam kepunahan? Pantaskah kita tersinggung jika suatu hari negara tetangga kita mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mereka jika kita sendiri tidak memeliharanya?

Mari kita kembalikan lagi semangat Sumpah Pemuda di antara kita sebelum anak cucu kita berkata dengan lafal dan aksen asing,”Maaf, saya agak sulit bicara bahasa Indonesia … “.


Catatan tante Wieke Gur

Ruma Maida

| Oktober 20, 2009 | Sunting
Ruma Maida, tentang Indonesia hari ini, kemarin dan esok
Maida adalah gadis kikuk yang idealis. Ia mengelola sekolah bagi anak jalanan di sebuah bangunan tua yang terbengkalai. Disulapnya sisi dalam bangunan rongsok itu bagai istana putri salju dan para kurcaci. Meja dan bangku dibuat dari sisa kayu. Perlengkapan kelas dibuat bersama dari barang bekas. Pada suatu hari, seorang pengusaha membeli kavling itu dan hendak mengubahnya menjadi sentra bisnis. Maida dan sekolah liarnya terancam terusir. Maida berjuang keras untuk mempertahankan istananya.Dalam perjuangannya, Maida justru menyibak misteri rumah tua tersebut. Bangunan itu adalah saksi bisu atas kisah cinta yang syahdu dan tragis antara dua insan di tengah perjuangan kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia. 

Melalui tokoh Maida, film ini bercerita tentang Indonesia masa kini. Tentang perjuangan seorang gadis muda yang idealis untuk mendirikan sekolah gratis. Melalui kisah cinta seorang penerbang dan penyanyi di masa kemerdekaan, film ini berkisah tentang nilai-nilai kebangsaan yang diperjuangkan para pendiri negeri ini.

Yah... Itulah sekilas tentang Ruma Maida. Rumah Maida merupakan salah satu film terbaru Indonesia yang akan diluncurkan bulan Oktober ini. 'Ruma Maida' berkisah tentang Maida (Atiqah Hasiholan) seorang perempuan idealis yang peduli pada nasib anak jalanan. Ia pun mengelola sekolah khusus bagi anak-anak itu. Untuk meminimalisir dana, Maida menggunakan bangunan tua sebagai sekolahnya.

Dengan kreatifnya, Maida bisa mengubah bangunan itu seperti istana dalam cerita Putri Salju. Perlengkapan sekolah sederhana, ia buat dari barang-barang yang ditinggalkan pemiliknya.Sayangnya, usaha Maida untuk mencerdaskan anak-anak jalanan menemui hambatan. Seorang pengusaha membeli bangunan itu untuk membangun sebuah pertokoan. Di tengah perjuangannya, Maida menemukan kisah lain di bangunan tua itu. Bangunan itu ternyata menyimpan misteri kisah cinta sepasang sejoli di era sebelum kemerdekaan. Tapi tenang saja, meski ada embel-embel misteri, 'Ruma Maida' bukan film horor.

'Ruma Maida' digarap oleh sutradara Teddy Soeriaatmadja dan ditulis naskahnya oleh novelis Ayu Utami. Selain Atiqah Hasiholan, film itu juga dibintangi Yama Carlos, Davina dan Wulan Guritno.Lewat film tersebut, Teddy ingin mengajak para penontonnya untuk sedikit memaknai perjuangan. Ia pun menampilkan dua sisi perjuangan perjuangan. Maida berjuang untuk mencerdaskan anak jalanan di masa kini, dan dua sejoli yang memperjuangkan nilai-nilai bangsa di zaman penjajahan.

Surat untuk Pak Presiden

| Oktober 20, 2009 | Sunting
Pak Presiden dan para wakil Indonesia dalam ajang Olimpiade Fisika Dunia
Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Teriring salam dan doa, semoga Bapak sekeluarga dalam keadaan sehat wal afiat dan senantiasa dalam lindungan Allah swt. Amin.

Bapak Presiden!
Ingin kuucapkan selamat atas kemenangan Bapak untuk kedua kalinya sebagai Presiden Republik Indonesia untuk masa bakti 5 tahun berikutnya. Negeri dengan sekitar 238 juta penduduk mengamanahkan jabatan ini kepada Bapak setelah tunaikan selama 5 tahun bersama Bapak Jusuf Kalla.

Bapak Presiden!
Pidato kemenangan yang bapak sampaikan sehari lalu menciptakan harapan dalam hati kami, rakyat Indonesia bahwa selama 5 tahun ke depan Bapak akan bekerja lebih baik dan lebih keras lagi demi mendatangkan kebaikan dan kesejahteraan bagi rakyat sebagaimana yang Bapak katakan dalam pidato tersebut. Kami, rakyat Indonesia telah menyaksikan hasil kerja dan karya Bapak selama 5 tahun terakhir, dan karena itu pula mayoritas pemilih di negeri ini memberikan pilihan dan dukungannya untuk Bapak, dan semoga pilihan, asa dan harapan kami ini tidak bertepuk sebelah tangan.

Bapak Presiden yang terhormat!
Menunaikan amanah sebagai Presiden Indonesia tentu bukan perkara yang mudah. Sebagaimana menyelesaikan berbagai persoalan yang masih membelit negeri tercinta ini tidak dapat Bapak selesaikan sendirian. Karena itu, kami seluruh rakyat Indonesia berharap semoga orang-orang yang akan Bapak tunjuk sebagai menteri di kabinet mendatang adalah mereka yang paham betul tugas dan fungsinya sebagai pembantu Presiden. Mereka adalah orang-orang tepat dan layak untuk menduduki jabatan tersebut. Bukan hanya sekedar karena ia berasal dari partai pendukung Bapak dalam Pipres lalu kemudian mengabaikan sisi professionalitas, moralitas, kapabilitas dan kapasitas mereka. Karena bila demikian, sungguh akan mencederai nurani rakyat.

Bapak Presiden yang kami hormati!
Kemenangan Bapak dalam Pilpres 2009 dengan hanya 1 kali putaran saja mengindikasikan legitimasi politik sangat kuat yang bapak peroleh dari rakyat. Dukungan yang mereka berikan itu tentu tidak muncul begitu saja bila tidak karena mereka telah menyaksikan karya Bapak selama ini tampak nyata dan memperlihatkan adanya perbaikan sebagaimana yang mereka rasakan selama ini; pemberantasan korupsi, berkurangnya angka kemiskinan walau hal ini diasumsikan berasal dari penurunan sejumlah kebutuhan pokok dan adanya BLT untuk rakyat miskin (bukan karena semakin bertambahnya lapangan kerja) swasembada beras dan berbagai keberhasilan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Walau demikian tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai kekurangan masih terjadi di berbagai bidang, sebagaimana sebagian rakyat negeri ini belum merasakan dampak pemerintahan Bapak selama ini; jumlah masyarakat miskin masih pada kisaran 30 juta jiwa, angka kejahatan yang belum mengalami penurunan berarti khususnya kejahatan jalanan, angkan pengangguran yang masih pada kisaran 8 juta jiwa, penegakan hukum yang terkadang masih tebang pilih, dan berbagai hal yang juga tak dapat saya paparkan satu persatu. Ini berarti bahwa kerja, tugas dan kewajiban Bapak untuk membawa bangsa ini kepada kesejahteraan, keadilan dan era yang lebih baik membutuhkan tenaga ekstra dan kerja keras. Insya Allah, semoga Bapak dapat melaksanakannya, teriring doa dari kami.

Bapak Presiden!
Pidato kemenangan yang telah Bapak sampaikan dihadapan rakyat tentu bukan untuk menyatakan bahwa Bapak adalah yang terbaik dan merasa paling sanggup menyelesaikan berbagai persoalan yang ada di negeri ini. Saya jadi ingat pidato Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq ra. yang ketika itu diangkat secara aklamasi oleh kaum Muslimin sebagai pemimpin mereka, “Saudara-saudara, aku dipilih menjadi pemimpin kalian bukan karena aku terbaik diantara kalian. Bantulah aku jika aku berbuat baik dan luruskan aku jika berbuat salah. Sifat jujur adalah amanah dan kebohongan adalah khianat. orang lemah di antara kalian adalah orang kuat di sisiku hingga aku tunaikan haknya insya Allah, dan orang kuat di antara kalian adalah orang lemah di sisiku hingga aku mengambil haknya yang ia peroleh dengan cara zalim untuk kemudian aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya…”

Bapak Presiden yang kami hormati!
Lima tahun ke depan adalah masa kerja dan bakti untuk Bangsa dan tanah air akan dilihat dan dirasakan oleh rakyat Indonesia. Bila masa 5 tahun ini Bapak dapat melaksanakan berbagai tugas dan tanggung jawab tersebut sesuai dengan janji-janji Bapak saat kampanye dahulu, maka kesuksesan itu tidak hanya menjadi cerita indah bagi generasi yang akan datang, tapi kelak akan meringankan jawaban Bapak saat Allah swt. bertanya tentang jabatan dan amanah yang diberikan kepada Bapak, dan semoga juga meringankan langkah Bapak memasuki syurga-Nya. Amin.

Namun bila ternyata yang Bapak lakukan selama 5 tahun kedepan tidak sesuai dengan janji yang bapak ucapkan dahulu, maka itupun akan jadi cerita, namun cerita duka bagi generasi yang akan datang, dan kelak Bapak akan dikenang sebagai Presiden yang gagal sebagaimana pemimpin terdahulu bangsa ini. Dan kelak dihadapan Allah, sanggupkah Bapak mempertanggung jawabkan amanah ini dengan kepala tegak.

Bapak Presiden yang kami cintai!
Tak ada maksud lain dari penulisan surat ini kecuali sebagai pengingat, bahwa betapa berat tugas sebagai Kepala Negara yang memimpin lebih dari 230 juta penduduk. Saya sebagai salah seorang dari rakyat Bapak sekadar ingin mengingatkan, seraya berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, semoga Bapak dapat menunaikan amanah ini dengan sebaik-baiknya, semakin dekat kepada-Nya dan semakin peduli dan cinta kepada Rakyat.

Wassalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Surat kepada 'Yang Terhormat'

| Oktober 09, 2009 | Sunting
Gedung mereka 'yang terhormat'
Saudara Yang Terhormat, saya memang harus memanggil Anda demikian. Ini bukan basa-basi, Anda memang Terhormat. Bagaimana tidak, Anda adalah orang terpilih dari jutaan, bahkan puluhan juta jiwa rakyat Indonesia. Sudah pasti Anda yang terbaik, dan di negeri ini, yang terbaik adalah yang Terhormat.

Saya kagum dengan sepak terjang Anda sehingga Anda kini menjadi orang Terhormat. Saya hargai perjuangan Anda hingga akhirnya Anda sekalian menjadi kumpulan orang yang Terhormat. Tidak ada penghormatan yang sangat tinggi, kecuali menghargai Anda, Yang Terhormat.

Saudara Yang Terhormat, saat surat ini dibuat, saya lihat Anda di televisi, sedang berdiri, tegap, gagah mengumandangkan lagu milik seluruh anak negeri, Indonesia Raya dengan kibar Merah Putih bersisi, merinding bulu roma ini. Sekejap hening, suasana berganti, tegas Anda mengatakan, Atas nama Tuhan, Saya bersumpah setia, berjanji untuk negeri. Terkisap hati, tak terasa ada leleh di pipi.Ya, betapa tidak,di saat Anda berdiri, ada ratusan nyawa lepas dari raga akibat gempa di Tanah Nagari, ratusan lainnya mungkin masih meregang sisa nafas yang tertindih beton bangunan yang menghimpit hingga ke ulu hati. Bukan tidak mungkin, di antara mereka ada yang membuat Anda berdiri Terhormat saat ini.


Ah, sesaat saya tertawa geli, terngiang apa yang baru saja saya pahami, Anda bersumpah dengan menghabiskan miliaran dana yang terkuras hanya untuk sebuah seremoni. Anda bisa berkilah, memang itu sebagai bentuk penghargaan bagi Anda yang kelak berkarya untuk negeri. Saya tak ingin berdebat, saya hanya ingin sedikit berbagi, tak terasa ratusan ribu rupiah terogoh dari saku tipis ini, hanya untuk seseruput minuman dan sedikit kue kecil tersaji di Hotel bergengsi, milik asing, tempat Anda menginap menanti seremoni. Oh ya, Hotel itu baru saja selesai direhabilitasi, usai Bom bunuh diri menghancurkan seluruh isi bangunan ini.

Saya juga tak ingin mencampuri, apa yang bakal Anda terima setiap akhir bulan nanti, yang jumlahnya sulit di-impi oleh mayoritas rakyat di negeri ini. Belum lagi fasilitas lain yang menanti. Sungguh, itu rezeki yang memang harus Anda terima, bahkan sejak dini, sebelum Anda bersumpah janji.

Saudara Yang Terhormat, saya bangga dengan Anda semua, seperti kata berita, kini, sebagian besar dari Anda adalah anak muda harapan negeri, wuiih, sebagian besar dari Anda adalah lulusan Strata Dua perguruan tinggi ternama dalam dan luar negeri, berintelejensia tinggi, dan satu lagi, terselip di antara Anda sekalian si Jelita penghias layar televisi.

Tak salah saya berharap banyak kepada Anda seusai Yang Terhormat sebelum Anda lengser menepi. Bukankah Yang Terhormat sebelum Anda banyak menghiasi sisi gelap negeri, mereka menikmati milyaran dana milik rakyat sang pengabdi, korupsi, suap, atau apalah aku tak mengerti, menyalahi kekuasaan untuk kepentingan diri dan kelompok sekoci, bahkan ada yang ber-asyikmasyuk hingga lupa telah ber-istri.

Jangan bilang saya tidak menghargai, Yang Terhormat sebelum Anda telah berbakti, menyusun legislasi, memberi arahan pada perjalanan negeri. Mereka mengkritik eksekutif pelaksana aksi, sehingga berjalan sesuai rel aturan yang disepakati, menggapai demokrasi sejati, satu-dua dari mereka juga menjadi teladan bagi kita anak negeri.

Saudara Yang Terhormat, saya telah memberikan pilihan hati nurani, lewat suara yang saya isi di bilik dengan sejumlah gambar dan nama yang tersaji, begitu juga puluhan juta jiwa rakyat negeri ini, memilih Anda menjadi wakil kami. Kini, saatnya kami menagih janji. Tak banyak harapan kami, saatnya memberi bukti. Jangan pupus mimpi kami, karena hanya itu yang tersisa milik kami, di negeri yang bertabur janji..


Terima Kasih. Salam.

Gempa... Gempa...

| Oktober 03, 2009 | Sunting
Sisa-sisa gempa yang mengguncang Padang
Gempa barangkali isyarat waktu: hidup itu ibarat hujan, nyaman tapi sebentar (atau sebentar tapi nyaman).
Gempa bumi mengguncang kawasan Sumatera Barat sore dua hari yang lalu. Dengan kekuatan goyang 7,6 pada skala Richter, gempa tektonik itu pun meruntuhkan gedung dan menelan ratusan, mungkin ribuan, korban meninggal dan luka-luka. Pada setiap bencana kita berharap kehadirannya tak menimbulkan luka. Tapi harapan semacam ini nyaris muskil terkabul. Mara dan bahaya adalah luka dan duka. Seperti siang dan malam. Kemarau dan penghujan. Gelap dan terang. Yin dan yang. Dua sisi satu mata uang. Benarkah alam sedang murka dan menghukum manusia?

Kita nampaknya memang harus menyadari kenyataan tentang kemanusiaan kita yang sama — apa pun perbedaan ras, agama, golongan kita satu sama lain. Kemanusiaan yang sama pada batas kematian, pada bencana, rasa sedih dan mungkin juga kegembiraan. Seorang penyair berkata untuk semuanya itu ketika ia menyebut, “Di bawah kaki kebesaran-Mu.”

Mungkin dia sadar bahwa manusia itu makhluk yang daif, lemah dan tiada berdaya di depan Penciptanya. Hanya kepada Dialah manusia berserah. Dan Chairil Anwar menulis, dengan satu kalimat yang kemudian termasyhur, “Hidup hanya menunda kekalahan.”


Lantas siapa yang kalah sebenarnya ketika rakyat tak berdaya, nun jauh di seberang sana ada sebagian wakilnya yang justru berpesta-pora merayakan kelahirannya sebagai kelas baru. Status elit. Sebuah mobilitas vertikal.


Perhelatan megah pun digelar. Jas-jas necis. Sanggul dan sasak menjulang. Kantong-kantong yang tebal oleh rupiah. Ruangan berpendingin. Kasur nan lembut lagi empuk. Di malam hari mungkin ada denting-denting gelas kaca berisi anggur yang diadu, lengkap dengan teriakan, “Cheers ….”


Demikianlah, lindu barangkali isyarat waktu: hidup itu ibarat hujan, nyaman tapi sebentar (atau sebentar tapi nyaman), untuk memakai sebuah tamsil dari padang pasir. Maka kita pun gentar oleh kekuasaan itu, tapi kita juga terhibur, bahwa sebagian dari kita tak perlu mengalaminya.


Lalu kita tahu bahwa 350 tahun yang lalu, dan 350 tahun yang akan datang, kita berbeda dari sebuah candi batu: lebih rapuh, tapi lebih berarti dalam rasa syukur

dari blognya ndorokakung

Dokumentasi paska gempa Padang, oleh Titian Foundation: http://goo.gl/fzk32L

Batik, Nafas Kehidupan Masyarakat Jawa

| Oktober 02, 2009 | Sunting
Secara resmi batik telah ditetapkan sebagai warisan dunia yang berasal dari Indonesia, suatu kebanggaan dan ketenangan tentunya. karena tak mungkin lagi akan ada ontran-ontran perihal kepemilikannya.

Penetapan ini tentu saja tak lepas dari sudah sedemikian lekatnya batik dengan keseharian masyarakat Indonesia. Bagi orang Jawa misalnya, batik tak pernah lepas dari kehidupan, sejak masih dalam kandungan ibu hingga ajal menjemput. 

Batik selalu menyertai kehidupan manusia Jawa. Setiap pola atau corak batik tradisional selalu mengandung nilai-nilai adiluhung. Ragam hias yang menyusun polanya selalu mempunyai arti filosofi. Pola batik Jawa juga mempunyai arti yang sakral untuk berbagai upacara, dari mitoni, kelahiran, memasuki usia dewasa, perkawinan sampai kematian.
Searah jarum jam: Sidoasih Yogya, Sidoluhur Yogya, Sidomulya Solo, Sidodrajat Solo, Sidomukti Solo, Sidodadi Solo
Batik sudah digunakan ketika anak manusia masih dalam kandungan. Calon ibu berganti busana sebanyak tujuh kali dengan pola batik berbeda. Antara lain Sidomulya (jadi mulia), Sidoasih (jadi berbelas kasih), Sidomukti (jadi sempurna, bahagia), Sidoluhur (jadi luhur), Sidodadi (jadi, menjadi), Sidodrajat (jadi berderajat). Selain itu juga diperlukan batik Babon Angrem, melambangkan kasih sayang dan kesabaran seorang ibu. Ataupun kain batik bermotif Wahyu Tumurun melambangkan permohonan agar selalu mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT. Pilihan juga bisa jatuh pada motif Semen Rama sebagai perlambang agar anak yang dilahirkan nanti mempunyai budi pekerti luhur. Sedangkan kain lurik digunakan adalah lurik pola Yuyu Sekandhang, sebagai lambang harapan agar si anak yang masih di dalam kandungan kelak dikaruniai rizki berlimpah.
Cuplikan batik motif Babon Angrem, Semen Rama dan Wahyu Tumurun
Batik juga menyertai kelahiran yang digunakan untuk alas yang disebut kopohan (basahan). Batik ini sudah lawas, milik nenek si bayi. Ini mengandung arti agar bayi kelak dikaruniai usia panjang seperti neneknya. 

Kain batik juga digunakan dalam upacara memasuki usia dewasa, khusus untuk gadis yang baru mengalami mens pertama. Setelah siraman mengenakan kain pola Grompol, lambang permohonan kebahagiaan dan kesejahteraan yang nggrompol selalu dikitari dan disukai oleh teman-temannya. Untuk pemuda, batik digunakan saat khitanan dengan mengenakan batik Parang Pamor yang melambangkan harapan agar setelah dikhitan tumbuh sebagai laki-laki yang cakap dan berbudi luhur, karena telah pecah ‘pamor’-nya.

Dalam upacara perkawinan batik juga berperan penting. Antara lain untuk lamaran, siraman, akad nikah dan resepsi. Pada upacara lamaran misalnya, yang digunakan motif Satria Manah, melambangkan pria tersebut memanah hati calon istrinya. Sementara calon istri mengenakan batik pola Semen Rante yang mengandung arti sanggup diikat dalam suatu perkawinan.
Cuplikan batik motif Satria Manah dan Semen Rante
Pada upacara siraman, calon mempelai putri mengenakan kain batik Wahyu Tumurun dan kemben Bangun Tulak, artinya agar kedua mempelai mendapat bimbingan dari Allah SWT dan terhindar dari marabahaya. Dalam upacara ini juga bisa mengenakan batik Wora-wari Tumpuk, melambangkan rezeki yang berlimpah.

Pada akad nikah, calon pria kembali mengenakan batik dengan pola yang berawal dengan Sido. Misalnya Sidomulya, Sidomukti, Sidoluhur. Semuanya mempunyai makna dan harapan baik pada kehidupan rumah tangga mempelai.

Pada busana basahan, dodot yang dikenakan dapat berpola Bondhet yang bermakna bundhet, digambarkan dengan dua tumbuhan yang menjalar dan bertemu ujung-ujungnya, berupa lung-lungan yang melambangkan dua insan yang selalu bergandengan dalam hidup berumah tangga. Acara resepsi yang selalu mengiringi upacara akad nikah, juga menghadirkan pola-pola batik yang penuh makna. Bagi kedua mempelai, digunakan batik dengan pola-pola sama dengan saat melaksanakan akad nikah.

Batik juga menyertai kehidupan manusia sampai ajal tiba, yakni pada saat dilaksanakan upacara-upacara adat Jawa. Sebelum dimasukkan dalam keranda, jenazah selalu ditutup dengan kain batik berpola Sidomukti, Sidomulya, Sidoluhur, Semen Rama dan Kawung yang bermakna kembali ke alam suwung atau Slobok. Selain itu juga digunakan kain batik yang merupakan kesayangan almarhum atau almarhumah atau kain batik yang semasa hidupnya belum sempat dipakai. Bagi pelayat, biasanya mengenakan kain batik pola Slobok yang berakar dari kata lobok atau longgar. Hal itu mengandung makna agar yang meninggal mendapat jalan lapang sedangkan yang ditinggalkan melepaskan dengan hati yang longgar atau ikhlas.
Motif Slobok
Yah, itulah batik bagi masyarakat Jawa. Namun mungkinkah tradisi-tradisi yang sudah mulai memudar itu juga akan memudarkan batik? Itulah tugas kita semua untuk menjaga eksistensi batik.

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine