Petuah yang Terlambat Datang

| Mei 28, 2008 | Sunting
Ah, ketinggalan
Petuah-petuah berguna, entah kenapa, atau mungkin memang demikian skenarionya, selalu datang terlambat atau boleh disebut sesuatu yang ingin ditanggulangi dengan petuah tersebut sudah terjadi. Atau mungkin sebenarnya petuah tersebut sudah ada sejak jauh-jauh hari namun memang kitanya saja yang tutup telinga, ssehingga hanyalah sesal yang terucap:aaaah andai saja dahulu aku begini (juga begitu pastinya) pasti yang kayak gini ini gak bakal terjadi!!! Hal itu pula yang saat ini sedang bergelayut di benak saya setelah apa yang sudah saya paparkan itu terjadi. Kata-kata yang mengandung petuah ini datang dari seorang teman yang diutarakannya melalui sebuah percakapan di yahoo mesenger beberapa hari setelah peristiwa itu terjadi.
ndengsita:
apa yang kamu denger
nggak seperti yang kamu tahu
apa yang kamu tahu
nggak seperti yang kamu kira
semua tergantung sama kamu
selama kamu masih mempunyai
pegangan untuk melangkah
dan mengambil keputusan ok
nah intinya,
jangan terlalu p'caya ma org
dunia maya adl dunia pmbohong
Yah... Thanks sob atas petuah yang tak terduga itu (dan sesuai skenario) berucaplah saya: andai pesan itu datang dua atau tiga hari lebih awal pasti adu ’argumentasi’ yang mengotori mulutku tak bakal terjadi malam itu.

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine