Yang Tersisa dari Lebaran

| Oktober 06, 2008 | Sunting
Ketupat
Ketupat pat ketupan
Yah, secara Lebaran terasa hambar tanpa ketupat (walau aku sendiri belum pernah menemukan ketupat di meja makanku waktu lebaran)

Roti
Toples-toples aneka macam
Kuteringat pada toples2 roti yang tertata di atas meja setiap berkunjung ke rumah saudara dan tetangga

Apem.
Apem
Yah, di daerahku kue apem adalah hidangan wajib pas lebaran, sebagai wujud syukur gitu lah. Dan satu lagi, kue apem buatan ibuku sangat enak.

Uang Lebaran.
Uang-uang hari raya
Ini kenangan masa2 kecil dulu karena sekarang suddah bukan waktunya lagi untuk nerima uang beberapa ribu yang katanya untuk sekadar beli permen. Padahal kan kebutuhanku sudah bukan hanya permen aja? Hehe

Rempeyek.
Rempeyek

Enak Renyah, hahahaha. Sesingkat itukah? Gak. Apalagi cara ngebuatnya, sulit lho..


Lebih dari itu, Idul Fitri sisakan badan
yang kembali suci laksana bayi yang baru lahir
tapi tentunya dengan maaf yang
teramat dari lubuk hati...

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine