Surat dari Seorang Kakak

| Juli 25, 2012 | Sunting
Selamat pagi Dik,
Apa kabarmu pagi ini? Sehatkan?
Ada satu cerita yang kakak bawa untukmu Dik. Sebuah cerita tentang mimpi.
Mungkin kamu mulai bosan dengan kata itu Dik. Memang banyak orang berbicara soal mimpi, dari kepalasekolah hingga para penyanyi di televisi. Mimpipun mudah kamu temukan di bagian bawah bukutulismu, juga di dinding kelasmu. Gantungkan mimpimu setinggi langit. Bermimpilah, niscaya kamu ada. Seseorang tanpa mimpi seperti burung tanpa sayap. Dan setumpuk kalimat lainnya. Namun, percayalah, tidak ada yang salah dengan kalimat-kalimat itu Dik. Dan karena itu pulalah akan kakak kisahkan cerita ini padamu.

Bocah itu...
Dahulu, ada seorang anak laki-laki kecil, seumuranmu mungkin Dik. Tubuhnya ceking, rambutnya berantakan jarang tersentuh sisir. Bapaknya pedagang nasi. Sementara Mamaknya buruh serabutan Dik. Terkadang ke sawah menjadi buruh tanam, kadang membatik, dan terkadang menjadi buruh pemasang payet. Si anak sendiri sudah mulai membantu orang tuanya dengan berjualan keripik ketela di sekolah. Pokoknya, kalau melihat luarnya saja, tidak ada bagus-bagusnya deh Dik anak itu. Tak ayal teman-temannya suka mengejeknya Dik, apalagi dia tak suka bermain bola.

Ngomong-ngomong, kamu tidak seperti teman-teman anak itukan Dik? Untuk alasan apapun, kamu tidak boleh mengejek orang lain! Pertama, kamu sendiri sakit hati jugakan Dik kalau diejek? Kedua, pernahkah kau dengar peribahasa jangan nilai buku dari sampulnya? Bisa jadi orang yang kita ejek malah lebih baik dari kita Dik.

Dan seperti itu pulalah anak itu. Ada satu hal yang membedakannya dari teman-temannya Dik. Tahukah kamu apa itu? Karena dia punya mimpi Dik! "Saya ingin menjadi guru!", begitulah jawabnya ketika ditanya guru kelas duanya. Padahal, jangankan mau jadi apa, teman-temannya bahkan belum begitu tahu dengan apa mimpi itu Dik!

Oh ya, apa mimpimu Dik? Kamu ingin jadi apa? Guru? Penyanyi? Astronot? Semua bagus Dik, apapun mimpimu. Asal, kamu tidak hanya sedekar bermimpi. Kamu harus berusaha keras mewujudkan mimpimu itu Dik. Gampangnya, misalkan kamu ingin pergi ke kota, kamu tidak akan pernah sampai kalau hanya diam saja kan Dik? Hayoo?

Nah, anak tadi juga berjuang keras menghidupi mimpinya Dik. Dia belajar dengan tekun. Dia tahu betul untuk menjadi guru tidak mudah. Harus pintar. Ibaratnya, guru harus tahu semua hal yang ditanyakan oleh muridnya. Dari sanalah Dik, dia suka membaca. Mulai dari majalah bekas sampai kertas pembungkus tempepun dia baca. Dia juga mengumpulkan uangsakunya untuk membeli koran Minggu Dik, agar bisa membaca cerpen, puisi, juga cerita-anak. Humm, kalau kamu, kau gunakan untuk apa Dik uangsakumu? Kau habiskan untuk jajan ya, hehe.

Selain tekun, anak itu juga berjuang tanpa mengenal lelah Dik. Kamu mungkin menonton berita tentang teman-temanmu yang harus meniti jembatan rusak untuk berangkat sekolah beberapa waktu lalu. Atau mungkin kamu sendiri merasakan lelahnya perjalanan ke sekolah. Nah, anak itu juga mengalaminya Dik. Ketika masuk SMP, dia harus mengayuh sepeda ke kota demi sekolah. Padahal untuk ke kota jalannya naik turun Dik. Dan sepeda adalah satu-satunya alat transportasi yang ia punya. Oh ya, kamu pasti akan tertawa andai melihat anak itu dan sepedanya. Hanya ada satu sepeda di rumahnya. Dan itu adalah sepeda Mamaknya! Kalau kamu pernah menonton Laskar Pelangi, ya persis seperti Lintang dan sepedanya itu Dik. Sadel sepedanya lebih tinggi dari tinggi-badannya, hehe.

Tapi, walaupun harus berlelah-lelah, dia tetap semangat sekolah Dik. Kamu tak mau kalah sama diakan Dik? Makanya, yang semangat juga Dik sekolahmu. :)

Oh ya, untuk menyiasati siang yang panas, seringkali dia pergi ke perpustakaan selepas sekolah Dik. Membaca buku. Ada banyak buku baru yang menarik perhatiannya. Mulai dari dongeng Sangkuriang, Totto-chan, hingga novel pak Pramoedya. Ah, kamu belum tahu ya pasti siapa Pramoedya? Lain kali kakak ceritakan deh siapa beliau itu.

Di SMP dia juga mulai belajar berorganisasi Dik. Belajar bagaimana bekerja bersama, bagaimana mengemukakan pendapat, dan juga menghormati orang lain Dik. Oh ya, di SMP biasanya mulai ada banyak perkumpulan Dik. Ada OSIS, Pramuka, juga Keagamaan. Bahkan kadang juga ada kelompok-drama, paduan-suara, sampai kelompok bahasa Inggris. Kamu, seperti anak itu, bisa memilih mau bergabung dengan yang mana Dik. Seru lho, karena kamu pasti akan belajar banyak. Dan bisa jadi itu akan mendukung mimpimu juga. Misalnya, kamu ingin menjadi dokter, kamu bisa ikut Palang Merah Remaja Dik. Atau kalau kamu ingin jadi penyanyi, mulailah di paduan-suara.

Nah, dari SMP anak itu melanjutkan ke SMA. Dia diterima di salah satu SMA terbaik di kotanya. Menyenangkan ya sepertinya? Namun sebenarnya lumayan sulit Dik perjuangannya. Karena awalnya dia disuruh orangtuanya melanjutkan ke SMK. Alasannya karena biayanya lebih murah, dan harapannya, kalau lulus SMK dia bisa ke Malaysia untuk bekerja Dik. 

Bingung juga Dik dia, karena biaya memang masalah utama keluarganya. Namun, berkat kerja kerasnya dalam belajar, Tuhan mengirimkan bantuanNya Dik. Anak itu mendapatkan beasiswa dari Titian Foundation untuk melanjutkan SMA. Wah, sesuatu banget Dik. Dia bisa fokus sekolah tanpa harus memikirkan biaya.

Tapi, bukan berarti dia bisa bersantai Dik. Tak kurang duabelas kilometer adalah jarak yang harus dia tempuh setiap hari, masih dengan sepeda mamaknya. Dia masih seperti dulu ternyata. Semangatnya tak pernah surut Dik. Dan di SMA, dia belajar lebih banyak Dik. Beasiswa yang ia dapatkan tidak disia-siakannya. Tahun ini, anak kecil itu sudah lulus Dik. Kamu mungkin belum bisa membayangkan seperti apa rasanya menuntaskan jenjang terakhir sekolahmu. Tapi, kakak yakin suatu hari nanti, kamu akan merasakannya. Seperti halnya anak kecil itu. Dan perjalanan barunya akan segera dimulai Dik. Berawal dari mimpi kecilnya untuk menjadi guru, dia berjuang keras untuk bisa kuliah. Oh ya, kuliah itu sekolah setelah SMA Dik.

Dan tahukah kamu, anak kecil dari keluarga miskin tadi juga akan kuliah Dik. Dia mendapatkan beasiswa (lagi) untuk belajar ke Malaysia, negerinya Upin-Ipin itu lho, gratis! Seperti harapan orangtuanya dulu, dia akan ke Malaysia Dik, tapi untuk menjadi mahasiswa, untuk menimba ilmu, bukan untuk jadi TKI! :)
Rencana hidup saat awal SMA...
Namun, sekali lagi, semuanya tak mudah Dik. Meski demikian, bukan berarti tidak mungkin. Awalilah semuanya dengan mimpi. Dan mulailah berusaha untuk mewujudkannya. Harus yakin Dik. Kalau kamu sungguh-sungguh, kakak yakin pasti bisa. Pasti ada jalan. Oh ya, jangan lupa berdoa, dan minta restu orang tua.

Lain waktu, akan kakak ceritakan padamu kisah anak kecil tadi di Malaysia. Lantas, apakah mimpimu Dik? Bolehkah kakak tahu?

Salam semangat,
Kakakmu,

Bastian Hidayat
– anak kecil itu

#surat ini saya dedikasikan sepenuhnya untuk anak-anak Indonesia, ketiga adik saya: Santi, Kingkin, Dayu, anak-anak didikan Pengajar Muda Indonesia Mengajar, Takita, anak-anak rumah belajar Umbrella Wisdom - tempat saya mengajar, adik-adik saya di beasiswa Titian Foundation dan ribuan anak-anak Indonesia lainnya, dari sudut Sabang hingga belahan Merauke, dari ujung Sangihe, hingga tepian Rote. :)

7 komentar:

  1. Ternyata Anak Kecil itu adalah Penulis sendiri. Pantas cerita inspiratifnya begitu inspiratif karena pengalaman sendiri. Saya akan tungguin cerita selanjutnya Kakak #seolah-olah jadi adik kecil ^_^ .. Oh ya Impian adikmu ini (tidak pakai kata mimpi sebagai pembeda mimpi saat tidur) sederhana saja "menjadi manusia sebagaimana tujuan manusia diciptakan" adalah impianku..

    @Rewa20

    BalasHapus
  2. hidup memang syarat dengan perjuangan!

    BalasHapus
  3. aku iri padamu bass
    :D

    BalasHapus
  4. Setiap manusia punya jatahnya sendiri-sendiri Nik :) Terus semangaaattt

    BalasHapus
  5. Nemu surat ini. Nangis bacanya :'))

    BalasHapus
  6. wis meh lulus ya bas? :D

    BalasHapus

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine