Merah Putih di Titian Kawat Pintu Gabang

| November 08, 2012 | Sunting
Awal tahun ini, publik kita dibuat terhenyak oleh media Inggris, Daily Mail, yang memuat foto perjuangan anak-anak SD di Banten menyeberangi jembatan rusak demi berangkat sekolah. Mereka bahkan menamai pemandangan di jembatan penghubung kampung Ciwaru dan kampung Cikiray, Kalanganyar, Lebak, Banten ini sebagai  Indiana Jones dari Indonesia. Merujuk pada salah satu adegan film Indiana Jones and the Temple of Doom, dimana Jones harus menyeberangi jembatan yang nyaris putus. Beruntungnya, jembatan tersebut kemudian dibangun kembali dengan dana CSR dari Krakatau Steel.

Sayangnya, masih banyak jembatan lain yang juga menantang maut anak-anak kita demi pergi ke sekolah. Dan kali ini, media yang sama kembali mengekspos perjuangan mereka dalam sebuah berita dengan selarik judul sarkastik - No, they're not in training for I'm A Celebrity... they're just going to school.
Merah Putih di Titian Kawat
Adalah pada sebuah kampung bernama Pintu Gabang, kelurahan Lambung Bukit, kecamaan Pauh, kota Padang, Sumatera Barat yang saat ini menarik perhatian. Foto seorang anak laki-laki lengkap dengan seragam merah putih dipotret tengah meniti sebatang kawat baja, satu-satunya bagian jembatan yang masih tersisa, yang terbentang di atas sungai Batu Busuk. 
Kasus Lama
Saya tergerak untuk mencari informasi apakah hal tersebut benar terjadi. Dan ternyata, berdasarkan berita dari Harian Haluan tertanggal 26 Juni 2012, kasus ini sebenarnya merupakan kasus lama. Dalam berita tersebut dituliskan tentang kampung Pintu Gabang - dan satu kampung lain, Ubi, sebagai daerah terisolir yang belum tersentuh aliran listrik. Dan juga pembangunan infrastruktur yang sangat minim.
Harian Haluan, 26 Juni 2012
Bahkan, untuk sampai ke kampung tersebut, warga terpaksa meniti pengikat jembatan yang telah hancur - jembatan yang kemudian dipotret fotografer lokal, uda Igoy el Fitra. Ironisnya adalah daerah tersebut berada tidak jauh dari kawasan PLTA Kuranji, pemasok kebutuhan listrik PT Semen Padang. Plus, daerah ini sendiri merupakan binaan Universitas Andalas dan PT Semen Padang.

Masih dari berita yang sama, dikutip pernyataan Enek, nenek 80 tahun warga setempat yang mengatakan bahwa bahwa kondisi jalan yang buruk dan juga tidak adanya aliran listrik sudah dirasakan sejak berdirinya perkampungan tersebut. Dan kemudian keadaan diperparah dengan hancurnya jembatan yang melintasi sungai Batu Busuak 2 tahun silam karena diterjang banjir.

Penjelasan Enek diamini oleh Rabbanis (60), warga Kampung Ubi. "Sudah tak terhitung berapa banyak janji yang kami terima dari pihak terkait untuk membangan daerah kami. Namun, janji sekadar janji, pembangunan tidak pernah kami rasakan. Kami hanya rakyat biasa, tidak bisa melakukan apa-apa!", ujarnya.

Janji dan kunjungan yang dimaksud Rabbanis terekam sempurna salah satunya oleh berita dari harian Singgalang bulan Juli lalu - Jembatan 'Maut' Batu Busuk DPRD Ngaku Prihatin. Wakil Ketua DPRD menyebutkan beberapa poin seperti, "DPRD sudah beberapa kali mendesak Pemko Padang untuk membangun jembatan tersebut...", "...komisi terkait sudah beberapa kali melakukan kunjungan lapangan dan koordinasi dengan PT Semen Padang untuk memperbaiki jembatan itu.", hingga "... PTSP pun sudah pernah menyatakan kesanggupannya untuk membantu perbaikan..."

Tetapi, nyatanya keadaan di lapangan menunjukkan tidak ada tindakan apa-apa hingga beritanya masuk Daily Mail.
***
Kalau harian lokal semacam Haluan ataupun Singgalang tak cukup mempan menyentil publik dan pemerintah, semoga sentilan dunia kali ini cukup terasa untuk "memaksa" kita (dan lagi-lagi pemerintah) untuk melakukan sesuatu demi anak anak Pintu Gabang dan Kampung Ubi! Lantas apa?
Meniti kawat
Pintu Gabang, Sumatera Barat
Basah
Pintu Gabang, Sumatera Barat
Menunggu
Pintu Gabang, Sumatera Barat
3 Gadis
Terbaru: Desember 2012, jembatan ini kini diperbaiki melalui swadaya masyarakat tanpa bantuan pemerintah setempat. Meski begitu, telah dilakukan kesepakatan tertulis dengan PT Semen Padang untuk pembangunan jembatan baru bagi warga. Keterlambatan pembangunan jembatan tersebut disebabkan oleh terhambatnya izin tanah. Berdasarkan kesepakatan baru tersebut, posisi jembatan akhirnya akan digeser sekitar 200 meter.
Jembatan Pintu Gabang mulai dibangun

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine