Hasrat untuk Berubah

| Juni 02, 2014 | Sunting
Sedang beberes kamar ketika menemukan selembar kertas berisi puisi yang tercampur dengan kertas-kertas kliping. Seingat saya, puisi ini tertulis di bagian belakang sertifikat Pelatihan Forum Indonesia Muda. Penulisnya tidak diketahui, tetapi ditulis ulang oleh Pak Elmir Amien. Versi bahasa Inggrisnya pernah saya temukan di 7 Habits of Highly Effective Teens-nya Sean Covey, edisi tahun 1998. Semoga menginspirasi. :)
The Persistence of Memory, Salvador Dali
Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal,
Aku bermimpi ingin mengubah dunia.
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,
Kudapati bahwa dunia tak kunjung berubah.
Maka cita-cita itu pun agak kupersempit.
Lalu kuputuskan hanya untuk mengubah negeriku.
Namun, nampaknya hasrat itu pun tiada hasil.
Tatkala usiaku semakin senja,
Dengan semangatku yang masih tersisa,
Kuputuskan untuk hanya mengubah keluargaku,
Orang-orang yang paling dekat denganku.
Tapi celakanya, mereka pun tak mau diubah.
Dan kini, sementara aku berbaring menunggu ajal menjelang,
Tiba-tiba kusadari...
"Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku,
Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan,
Mungkin aku bisa mengubah keluargaku,
Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka,
Bisa jadi aku pun mampu mengubah negeriku,
Kemudian siapa tahu,
Aku bahkan bisa mengubah dunia."
Hasrat untuk berubah tersebutlah yang lantas mendorong pasangan suami istri, Pak Elmir dan Bunda Tatty menginisiasi Forum Indonesia Muda (FIM), lebih dari satu dekade silam. FIM sendiri adalah semacam forum keprihatinan yang berusaha mengajak para pemuda untuk lebih peka terhadap sekitarnya. Dan kepekaan itulah yang berusaha diasah oleh FIM melalui penguatan mental kepemimpinan dalam diri para pemuda.

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine