Surat untuk Pak Presiden

| Oktober 20, 2009 | Sunting
Pak Presiden dan para wakil Indonesia dalam ajang Olimpiade Fisika Dunia
Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Teriring salam dan doa, semoga Bapak sekeluarga dalam keadaan sehat wal afiat dan senantiasa dalam lindungan Allah swt. Amin.

Bapak Presiden!
Ingin kuucapkan selamat atas kemenangan Bapak untuk kedua kalinya sebagai Presiden Republik Indonesia untuk masa bakti 5 tahun berikutnya. Negeri dengan sekitar 238 juta penduduk mengamanahkan jabatan ini kepada Bapak setelah tunaikan selama 5 tahun bersama Bapak Jusuf Kalla.

Bapak Presiden!
Pidato kemenangan yang bapak sampaikan sehari lalu menciptakan harapan dalam hati kami, rakyat Indonesia bahwa selama 5 tahun ke depan Bapak akan bekerja lebih baik dan lebih keras lagi demi mendatangkan kebaikan dan kesejahteraan bagi rakyat sebagaimana yang Bapak katakan dalam pidato tersebut. Kami, rakyat Indonesia telah menyaksikan hasil kerja dan karya Bapak selama 5 tahun terakhir, dan karena itu pula mayoritas pemilih di negeri ini memberikan pilihan dan dukungannya untuk Bapak, dan semoga pilihan, asa dan harapan kami ini tidak bertepuk sebelah tangan.

Bapak Presiden yang terhormat!
Menunaikan amanah sebagai Presiden Indonesia tentu bukan perkara yang mudah. Sebagaimana menyelesaikan berbagai persoalan yang masih membelit negeri tercinta ini tidak dapat Bapak selesaikan sendirian. Karena itu, kami seluruh rakyat Indonesia berharap semoga orang-orang yang akan Bapak tunjuk sebagai menteri di kabinet mendatang adalah mereka yang paham betul tugas dan fungsinya sebagai pembantu Presiden. Mereka adalah orang-orang tepat dan layak untuk menduduki jabatan tersebut. Bukan hanya sekedar karena ia berasal dari partai pendukung Bapak dalam Pipres lalu kemudian mengabaikan sisi professionalitas, moralitas, kapabilitas dan kapasitas mereka. Karena bila demikian, sungguh akan mencederai nurani rakyat.

Bapak Presiden yang kami hormati!
Kemenangan Bapak dalam Pilpres 2009 dengan hanya 1 kali putaran saja mengindikasikan legitimasi politik sangat kuat yang bapak peroleh dari rakyat. Dukungan yang mereka berikan itu tentu tidak muncul begitu saja bila tidak karena mereka telah menyaksikan karya Bapak selama ini tampak nyata dan memperlihatkan adanya perbaikan sebagaimana yang mereka rasakan selama ini; pemberantasan korupsi, berkurangnya angka kemiskinan walau hal ini diasumsikan berasal dari penurunan sejumlah kebutuhan pokok dan adanya BLT untuk rakyat miskin (bukan karena semakin bertambahnya lapangan kerja) swasembada beras dan berbagai keberhasilan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Walau demikian tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai kekurangan masih terjadi di berbagai bidang, sebagaimana sebagian rakyat negeri ini belum merasakan dampak pemerintahan Bapak selama ini; jumlah masyarakat miskin masih pada kisaran 30 juta jiwa, angka kejahatan yang belum mengalami penurunan berarti khususnya kejahatan jalanan, angkan pengangguran yang masih pada kisaran 8 juta jiwa, penegakan hukum yang terkadang masih tebang pilih, dan berbagai hal yang juga tak dapat saya paparkan satu persatu. Ini berarti bahwa kerja, tugas dan kewajiban Bapak untuk membawa bangsa ini kepada kesejahteraan, keadilan dan era yang lebih baik membutuhkan tenaga ekstra dan kerja keras. Insya Allah, semoga Bapak dapat melaksanakannya, teriring doa dari kami.

Bapak Presiden!
Pidato kemenangan yang telah Bapak sampaikan dihadapan rakyat tentu bukan untuk menyatakan bahwa Bapak adalah yang terbaik dan merasa paling sanggup menyelesaikan berbagai persoalan yang ada di negeri ini. Saya jadi ingat pidato Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq ra. yang ketika itu diangkat secara aklamasi oleh kaum Muslimin sebagai pemimpin mereka, “Saudara-saudara, aku dipilih menjadi pemimpin kalian bukan karena aku terbaik diantara kalian. Bantulah aku jika aku berbuat baik dan luruskan aku jika berbuat salah. Sifat jujur adalah amanah dan kebohongan adalah khianat. orang lemah di antara kalian adalah orang kuat di sisiku hingga aku tunaikan haknya insya Allah, dan orang kuat di antara kalian adalah orang lemah di sisiku hingga aku mengambil haknya yang ia peroleh dengan cara zalim untuk kemudian aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya…”

Bapak Presiden yang kami hormati!
Lima tahun ke depan adalah masa kerja dan bakti untuk Bangsa dan tanah air akan dilihat dan dirasakan oleh rakyat Indonesia. Bila masa 5 tahun ini Bapak dapat melaksanakan berbagai tugas dan tanggung jawab tersebut sesuai dengan janji-janji Bapak saat kampanye dahulu, maka kesuksesan itu tidak hanya menjadi cerita indah bagi generasi yang akan datang, tapi kelak akan meringankan jawaban Bapak saat Allah swt. bertanya tentang jabatan dan amanah yang diberikan kepada Bapak, dan semoga juga meringankan langkah Bapak memasuki syurga-Nya. Amin.

Namun bila ternyata yang Bapak lakukan selama 5 tahun kedepan tidak sesuai dengan janji yang bapak ucapkan dahulu, maka itupun akan jadi cerita, namun cerita duka bagi generasi yang akan datang, dan kelak Bapak akan dikenang sebagai Presiden yang gagal sebagaimana pemimpin terdahulu bangsa ini. Dan kelak dihadapan Allah, sanggupkah Bapak mempertanggung jawabkan amanah ini dengan kepala tegak.

Bapak Presiden yang kami cintai!
Tak ada maksud lain dari penulisan surat ini kecuali sebagai pengingat, bahwa betapa berat tugas sebagai Kepala Negara yang memimpin lebih dari 230 juta penduduk. Saya sebagai salah seorang dari rakyat Bapak sekadar ingin mengingatkan, seraya berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, semoga Bapak dapat menunaikan amanah ini dengan sebaik-baiknya, semakin dekat kepada-Nya dan semakin peduli dan cinta kepada Rakyat.

Wassalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine