Katakan Indonesia Satu, Satu Indonesia Berkatalah!

| Agustus 01, 2008 | Sunting
Satu Indonesia
Katakan
Indonesia satu, satu
Indonesia berkatalah!!
Ini syair, syair guna-guna
Ini tembang gula kelapa
Selalu bergerak,namun...
Belum dapat berkata-kata


Katakan
Indonesia satu, satu
Indonesia berkatalah!
Berkati manusia Indonesia
Indonesia berkat merdeka
Bangkit
Indonesia yang sadar merdeka
Indonesia bangkit
Yang sadar merdeka..
yang merdeka sadarlah..
Indonesia satu, satu
Indonesiaberkatalah!
Pertiwi jangan berduka!
Pertiwi jangan murka!
Kami air mata, kami darah
Hendak menyanyi pada pesta zaman
Hendak menari untuk perubahan


Katakan

Indonesia satu, satu
Indonesia berkatalah!
Sembilan peperangan telah disiapkan
Hormati hidup, hidupi kematian
Barisan pemenang adalah ketulusan
Sembilan kebenaran bersatu dalam kearifan.


Katakan
Indonesia satu, satu
Indonesia berkatalah!
Waspadai keragu-raguan
Beri tempat untuk kecemasan istirahat
Jalan disepanjang ingatan kepala
Perburuan segelap mata tanpa jendela
Mustahil dilewati tanpa yakin nurani


Katakan

Indonesia satu,
Disetiap tempat kita mesti berangkat
Disetiap waktu kita mesti berburu
Berangkatlah tempat-tempat
Burulah waktu-waktu
Pada jantung zaman kita pasrahkan badan
Pada detak perjuangan kita rayakan kehidupan.
 

Katakan 
Indonesia satu,
Revolusi tidak pernah marah
Tubuh tebakar bukan perubahan
Kita-kitalah yang harus marah
Kita, sekali lagi kitalah yang membakar perubahan
Nyalakan obor digenggam sadarmu
Tabuh genderang ditelinga keberanianmu
Badaikan perubahan didada karangmu.
 

Katakan
Indonesia satu, satu
Indonesia berkatalah!
Aku nasehati kamu untuk merdeka
Aku merdekamu untuk bijaksana
Yang merdeka yang bijaksana
Tidak merdeka tidak bijaksana
Bukan Indonesia.


Katakan 

Indonesia satu, satu
Indonesia berkatalah!
Puisi kita bukan lagi puisi yang ditulis dengan kata-kata
Melainkan puisi yang dijalani dengan keringat, air mata, dan
Darah untuk Ibu pertiwi
Dari hati yang terluka
Karena selalu dikhianati.


Agus Subhan Malmae

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine