Sebulan di Kelas Unggulan

| Agustus 12, 2008 | Sunting
Detik, menit, jam, hari terus berlalu - yah, walau dengan lambat. 30 hari telah terlampaui oleh kami sebagai penghuni kelas Unggulan, SMAN 1 Cawas.

Males-lah, bosan-lah, lelah-lah, intinya belum terbiasa karena memang segala sesuatunya memang sama sekali berbeda dengan apa yang telah kami laluì di SMP dulu. Bahkan dibandingkan dengan teman-teman kelas X lainnyapun juga sudah beda sekian puluh derajat: paling tidak kami pulang lebih akhir dari mereka - rata-rata 3 jam lebih lama. Lagipula siapa yang bisa langsung terbiasa hanya dalam sekejap saja?

Sudah ada beberapa kawan yang menyatakan ketidak-kuatan mereka dengan proses belajar di kelas ini. Jujur saya sendiri kadang seperti ada rasa tidak kuat, lebih-lebih pas pulang sekolah: di saat perut yang sudah kosong dan di bawah terik matahari juga rasa lelah setelah belajar seharian, aku masih harus mengayuh sepeda sejauh kurang lebih 6 km. Bisa anda bayangkan betapa lelahnya? Tapi bagaimanapun... the show must go on.

BISMILLAH, dengan menyebut asma Allah, saya dan teman-teman lainnya mencoba untuk bertahan. Mungkin belum terbiasa saja karena dengan berbagai alasan di awal tadi.

Semangat bapak ibu guru yang mengajar kami dan juga orang tua yg telah berusaha keras demi membiayai pendidikan kami telah menjadi sebuah bara api penyemangat nan manjur bagi kami.. Bapak Mamak, tak akan kecewakan kalian.. Bapak ibu guru...Terima kasih atas dedikasi kalian. Terima kasih juga Titian :)

Teman-teman, kalianlah yang menjadikan hari-hariku lebih indah dan menyenangkan walau harus berkutat dengan buku-buku tebal di sebuah "kandang" bernama kelas Unggulan.

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine