Adam Hawa, Israel, dan Ariel Peterporn

| Juni 13, 2010 | Sunting
Kenapa Adam Hawa diusir dari surga? Pertanyaan klasik ini nyaris abadi, hampir selalu muncul di benak penganut agama Samawi yang mengakui keduanya  nenek moyang manusia.

Aku sendiri juga tak tahu apa jawaban pastinya, tapi menurut beberapa kajian agama yang lebih luwes, Adam Hawa tidak diusir, tapi disempurnakan oleh Allah SWT untuk menjalani kehidupan sebagai manusia di bumi akibat kelalaiannya. Jadi, sebab pokoknya adalah sifat dasar dan watak Adam Hawa yang lalai.


Entah bagaimana watak ini muncul, yang jelas cerita lanjutannya berhubungan dengan iblis yang dilaknat Allah untuk menggoda manusia. Betul Allah mengabulkan permintaan iblis untuk menjadi penyesat manusia.Umumnya dengan harta, tahta dan wanita.

Kalau dicermati, penyebab terusirnya Adam Hawa adalah karena dua hal. Pertama lalai, kedua sifat yang dieksitasi oleh kehadiran karakter iblis yang mengagungkan 
harta, tahta dan wanita. Kelemahan dan instrumen godaan ini yang sampai hari ini kita lihat.

Mungkinkan Bani Yahudi Itu Alien?

Mengulas perilaku manusia masa kini, mari kita lihat yang jauh dulu. Kejutan pertama terjadi 31 Mei lalu. Israel mengerahkan “pelajar” dan “kapal pesiar” untuk memblokade laju kapal bantuan kemanusiaan Gaza.

Di samping pengelabuan yang licin itu, di berbagai media massa berbagai nama dan istilah pun diwolak-walik. Misalnya operasi bantuan kemanusiaan untuk Gaza di gonta-ganti menjadi bantuan pro-Palestina. Perubahan kata dan makna ini tentu saja menyebabkan perubahan persepsi publik.

Hebatkan? Kalau pun ada yang sadar kalau kelakuan Israel menyerang kapal Mavi Marmara termasuk keji dan melanggar HAM maka ia akan didepak secara halus seperti yang terjadi pada jurnalis veteran Gedung Putih, Thomas Helen.

Israel nampak seperti Alien yang mampu merasuk ke dalam jiwa manusia atau seperti sosok Smith dalam film The Matrix yang diam-diam pandangan-pandangannya menguasai semua orang. Kalau memang demikian, mungkin mereka berasal dari Planet kelima yang sekarang jadi asteroid yang mendarat di Planet Ketiga yaitu Bumi.

Dalam film monumetal the Matrix itu digambarkan sosok bunglon yang mampu menelusup dan mengubah bentuk karakter lain yaitu Smith. Sosok Smith tidak lain adalah sosok yang mewakili simbolisme Yahudi yang telah merasuk kesemua lini masyarakat mulai dari Istana Negara sampai supir taksi.

Ironisnya, meski di kitab-kitabnya selalu didaku bangsa pilihan Tuhan, sudah beribu tahun justru suku bangsa Yahudi sebagai mayoritas penghuni negara Israel itu tak jelas dimana asal usulnya.

Jadi dengan mengacu pada sejarahnya sendiri akhirnya tanah Palestinalah yang dianggap cocok untuk memulai klaim asal usul Yahudi itu. Itupun menurut skenario Victorian dari Inggris. Padahal kalau melihat bagaimana diaspora suku bangsa ini di dunia, suku Yahudi ini mirip pedagang keliling dari satu negeri ke negeri lainnya yang meninggalkan jejak-jejak kehancuran dari negeri yang ditinggalkannya itu. 

Melewati zaman Romawi, Byzantium, Yesus Kristus, bahkan sampai zaman abad pertengahan ketika berkecamuk Perang Salib, kaum Yahudi memang seringkali digambarkan secara negatif atau menjadi buruan.

Sampai Perang Dunia Kedua pun suku ini meninggalkan jejak berdarah-darah meskipun seringkali mereka disebutkan sebagai objek penderita. Simpati sebagai obyek penderita ini menyebabkan Inggris menghadiahikan tanah Palestina sebagai tempat mukim suku Yahudi. Kemudian lahirlah Israel. Tentu saja ini menimbulkan jejak berdarah-darah lagi di tanah Arab di sepanjang tahun 1940-an akhir sampai hari ini.

Terakhir adalah tragedi Mavi Marmara. Dengan arogan tentara Israel memberondong kapal kemanusiaan Mavi Marmara tanpa perikemanusiaan seolah-olah para relawan itu bukan lagi jenis manusia. 

Ancaman Masa Depan Bagi Umat Manusia

Sayangnya di Indonesia, isu Israel dan Palestina mendadak tenggelam dengan isu lokal yang tak kalah panas. Beredarnya salinan video mesum artis-artis idola yang menghebohkan langsung mengaramkan isu-isu  lainnya, baik isu internasional maupun isu lokal. 

Berita ini bukan menggegerkan Indonesia saja, tapi jagat film porno dunia pun ikut geger. Pasalnya trending topic “Peter Peterporn” menjadi nomor satu di layanan Twitter selama beberapa hari. Anehnya, beberapa waktu sebelumnya trending topic yang berhubungan Mavi Marmara, Israel dan Palestina justru membuat Twitter error
Sedangkan trending topic lainnya yang jelas-jelas telah memakan bandwidth besar sekali seperti Ariel Peterporn dengan entengnya masih menjadi buah bibir di Twitter. 

Tapi apapun yang terjadi terjadilah. Kalau kita kembali ke hukum inharmonia progressio, maka beredarnya Ariel Peterporn dengan video-videonya yang sering masih diembel-embeli “mirip” menunjukkan adanya faktor “Black Swan”.


Teori Black Swan di gagas oleh Nassim Nicholas Taleb pada tahun 2007.Teori Angsa Hitam merujuk pada peristiwa langka yang berdampak besar, sulit diprediksi dan di luar perkiraan normal. Kasus Ariel sesuai dengan terori ini karena beberapa hal: muncul sangat mengejutkan, bahkan kemunculannya mampu mengalahkan isu-isu lokal dan internasional yang mulai memanas, mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat, dan kelak akan dijelaskan oleh orang-orang dengan peninjauan ke belakang.


Di Indonesia faktor Black Swan ini makin membesar karena umumnya orang Indonesia ini mau tahu pada hal-hal yang menurutnya layak menjadi tontonan. Tak percaya? Coba kita lihat di jalanan, ketika ada motor srempetan pun jalanan mendadak macet. Orang mau pada nonton padahal cuma srempetan doang. 


Kasus Peterporn adalah antiklimak dari watak sombong yang sama, yang muncul dalam wujud dan rupa klasik, “uang”, “Kekuasaan”, “wanita” dan arogansi “pornografi” yang sekarang diwakili oleh  tayangan “mirip” Ariel Peterporn di Internet. Nongol di Internet artinya nongol di seluruh dunia karena Internet adalah jejaring global yang dapat diakses oleh siapa saja selama tidak diblokir jalurnya.


Apapun akhirnya, Kasus Peterporn membuka mata kita kalau dampak teknologi digital yang sudah merasuk kemana-mana. Baik dampak itu menguntungkan atau dampak buruk yang mengakibatkan efek jera bahkan efek yang tak terbayangkan oleh pelakunya sendiri maupun oleh penyebar video-video mesum tersebut. Yang perlu dilakukan pada akhirnya bukan sekedar memberikan edukasi kepada masyarakat, edukasi kepada keluarga, edukasi kepada siswa-siswi sekolah yang rentan, tapi pemerintah pun harus lebih tegas dalam menentukan penggunaan perangkat digital.

disarikan dari catatan Atmonadi

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine