Pramoedya dan Masa Revolusi

| September 30, 2015 | Sunting
Subuh, karya Pramoedya
Hari-hari ini nama Pramoedya kembali banyak diperbincangkan. Akhir September memang selalu menjadi semacam momen yang pas untuk membicarakannya, paling tidak sekali dalam setahun. Sumbangsihnya pada susastra Indonesia dibahas lagi, kuranglebih seperti yang saya lakukan ini. Sayangnya, pembahasan seringkali bertumpu pada masa-masa pasca 1965. Masa-masa dimana Pram dipenjara tanpa pernah diadili dan dikirim ke Pulau Buru sebagai orang buangan. Masa-masa dimana mahakaryanya, Tetralogi Buru, lahir.

Tak semua orang senang. Sudah tentu. Di antaranya muncul suara-suara sumbang semacam: keberpihakan Pram pada kaum lemah itu karena ketidakadilan yang dialaminya - belum tentu keberpihakan itu ada kalau Pram sendiri bahagia-bahagia saja sampai akhir hidupnya. Konyol. Yah, suara-suara konyol bagi saya. Kenapa?

Pram bukanlah penulis yang lahir karena tragedi 1965. Ia sudah ada jauh sebelum itu. Dan ini yang sering luput dari perhatian: karya-karya Pram sebelum 1965. Terutama tulisan-tulisannya beberapa tahun setelah Indonesia merdeka. Cara gampang untuk membuktikan bahwa Pram memang penulis yang anti ketidakadilan dan penindasan dari sononya.

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine