Laskar Pelangi pergi tamasya |
Setali uang dengan bukunya, filmnya yang diluncurkan hari ini juga sudah menjadi demam di masyarakat terlebih dahulu - ini melebihi popularitas bukunya sendiri pastinya yang baru booming beberapa tahun setelah bukunya keluar. Yah namanya juga lagi booming, jadi topik untuk diomongin dimana-mana, bahkan sampai di pengajian di daerahku Laskar Pelangi dijadikan contoh kalau mau usaha, nothing is impossible.
Dan mungkin juga karena mengikuti trend itu pula kubuka catatanku untuk merangkai kalimat tentang LP dan inilah tulisan yg ke-5 membahas soal LP. Yah demi mengikuti apa yg dibilang booming dan supaya gak ketinggalan, akhirnya ku keluarin budaya latahku. -_-
Apabila berkesempatan untuk menonton filmnya, paling tidak ada 3 bagian cerita yang sangat ingin kulihat, yakni:
- Betapa Bu Muslimah menangis saat Pak Harfan mulai pidato akan menutup sekolah karena murid baru yang tak memenuhi kuota hingga sang juru selamat Harun datang.
- Debat Lintang dgn Drs. Zulfikar yang adalah guru Sekolah PN dengan seabrek gelar akademik dlm cerdas cermat yg akhirnya turunkan prestise sekolah PN di depan sebuah sekolah desa yang tampilannya tak lebih dari sebuah gudang kopra.
- Dan tentunya siapa yg gak penasaran nama karya akbar Mahar di karnaval 17an yg yang menampilkan ide-ide liarnya dalam hentak rampak tarian ala suku-suku di Afrika yang akhirnya kembali melambungkan prestise sekolah Muhammadiyah itu.
Selebihnya aku paling gak mau liat adegan dari Bab 30, Elvis has left his building dimana Lintang sudah tercampakkan di bedeng2 penambang pasir di tepi pantai, atau dengan adegan ibu anak di RSJ Zaal Batu. Uuuuuuhhh....
Yah tapi sayang tidak ada budget untuk nonton ke Jogja. Atau mungkin ada yang mau nraktir? Silakan, dengan senang hati. Hehehehe...
Yah tapi sayang tidak ada budget untuk nonton ke Jogja. Atau mungkin ada yang mau nraktir? Silakan, dengan senang hati. Hehehehe...
Balasan