Kubelajar Berpuasa

| September 20, 2008 | Sunting
"Ye... Who believe! Fasting is prescribed for you even as it was prescribed for those before you,that ye may ward off."
Ehm ... Gayanya yah pakai bahasa Inggris segala. Sudah pinter po? Sudah makan kamus po? Haha. Bukannya gitu, juga bukan sok pinter karena itu sebenarnya sudah biasa disebut-sebut para ustad di pengajian-pengajian. Dan kalau kalian tahu artinya pasti respon kalian paling juga: "Oh, itu toh? Udah sering denger tuh!"

Versi Indonesia ayat tersebut memang merupakan menu wajib selama bulan puasa! Itulah surat Al Baqarah ayat 183, tahu kan? Versi bahasa Inggrisnya tersebut aku contek dari buku pelajaran, setelah oleh Pak Tri, guru bahasa Inggrisku yang baik hati itu, beberapa hari lalu setelah tadarus pagi (tadarus adalah rutinitas bagi siswa Muslim sekolahku selama bulan Ramadhan) beliau berkenan menulìskannya untuk kami, disamping terjemahan beberapa ayat suci lainnya.

Tambah ilmu deh, kalau dibuat sms ucapan juga bisa sedikit bergengsi: wah pinter ki nganggo boso Inggris... -_-

Yah, tahun ini seperti juga tahun-tahun sebelumnya aku kembali belajar menahan lapar dan dahaga serta mengerem gairah nafsu juga tentunya, sepanjang waktu terbit fajar hingga tenggelam matahari dalam sebuah ibadah penuh pahala bernama puasa.

Tahun ini aku kembali belajar mengakui ke-akbar-an Tuhan betapa nikmat-Nya sangatlah besar karena telah mengizinkanku senantiasa dalam kenyang, bukan kelaparan. Tahun ini ku kembali belajar rasakan hidup laksana duafa sempurna. Betapa sudah sakitnya ini perut dan keringnya tenggorokanku hanya karena tak makan dan minum selama seharian saja. Lalu sampai seperih dan sekering apa mereka yang sudah terbiasa puasa, mengencangkan ikat pinggang karena keadaan?

Yah, tahun ini aku kembali belajar puasa, sedari awal bulan sampai purna bulan ka sembilan di bawah terik matahari yang membakar raga. Tapi tahun ini ku juga belajar bahwa aku yang sudah hina dina ini bukanlah yang terburuk dari segalanya. Aku masih bisa menikmati pulennya nasi tiap sahur dan segarnya kolak setiap berbuka puasa. Juga tenangnya jiwa dalam balut ibadah sunah tarawih sementara diluar sana yang sahur dan buka hanya dengan nasi dan secabik garam masih sangat banyak. Harus pula lewatkan tarawih, bukan karna nonton sinetron, tapi karena harus bekerja mencari apa yang akan dimakan esok hari.

Semua terasa nikmat, sungguh nikmat, sangat nikmat, sebagai sebuah titian menuju fitrohnya jiwa. Selamat menjalankan ibadah puasa 1429 H, mari belajar bersama :)

Balasan

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine