Realita Anak-anak Kita

| Februari 15, 2009 | Sunting
Seorang murid sekolah Inggris berusia 13 tahun menjadi ayah, setelah pacarnya yang berusia 15 tahun melahirkan anak, demikian dilaporkan Jumat. Kelahiran ini memicu perdebatan mengenai tingginya tingkat kehamilan di kalangan remaja Inggris. Alfie Patten, yang suaranya belum lagi pecah sebagaimana lazimnya bila seorang anak beranjak dewasa, mengakui belum tahu bagaimana ia dan kekasihnya akan mengurus putrinya, Maisie Rixane, yang lahir Senin. Namun begitu, Patten berjanji akan menjadi ayah yang baik.

Itulah yang saya baca pagi tadi di laman Antara. Yang terlintas dalam benak saya? entahlah apa, saya sendiri tidak bisa mengungkapkannya. karena bagaimana pun, saya yang sudah berumur 16 tahun saja belum pernah terpikirkan bagaimana menjadi seorang ayah. sementara bocah itu? dia baru berumur 13 tahun!!

Yah, kondisi generasi penerus dunia akhir-akhir ini semakin aneh-aneh saja. Berbagai kenakalan remaja tak urung menjadi konsumsi publik yang sangat pahit untuk ditelan. Disinilah kemudian dipertanyakan peran orang tua sebagai mentor pertama anak-anaka mereka. Orang tua yang memiliki anak bermasalah pada umumnya kemudian terbuka pula berbagai kelemahannya dalam membagi waktu, atau kelemahannya dalam menyeleksi apa yang pantas dan apa yang tidak pantas untuk di lihat anaknya. 

Di Indonesia sendiri mungkin sebenarnya sudah banyak terjadi, namun karena keadaan masyarakat yang masih minor pengetahuan hal semacam itu tidak dianggakp penting. Masalah lain yang harus ditanggung anak-anak adalah masalah eksploitasi anak yang berlebihan. Masih ingat berita Ponari dan batu ajaib dari Jombang?

Dukun Cilik Ponari

Penutupan praktik Ponari di Jombang, Jawa Timur, dua hari lalu tidak menyelesaikan masalah. Ribuan pengunjung masih keras kepala mendatangi kediaman dukun cilik yang tinggal di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, itu kemarin (11/2). Itu membuat repot petugas keamanan dari Polres Jombang. Poster pengumuman penutupan praktik yang dipasang di beberapa sudut jalan seakan dianggap tidak ada oleh pengunjung dari berbagai kota di Jawa itu. Sambil membawa gelas plastik, mangkuk, hingga ember, mereka tetap menunggu.
Ponari
Secara umum, berita Ponari adalah sebuah wujud dari perampasan hak anak. Karena dengan profesi barunya sebagai dukun, Ponari harus mengorbankan banyak hal. Mulai dari hak untuk bermain, hak untuk beristirahat, hingga haknya untuk bersekolah. Dan sedihnya, hal serupa juga dihadapi ribuan anak Indonesia lainnya. Dimana mereka harus membanting tulang demi menyambung hidup. Padahal, belum seharusnya mereka melakukan itu.

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine