Raksasa Tidur Bernama Lautan Indonesia

| April 05, 2009 | Sunting
Potensi kelautan Indonesia masa sekarang ini bak raksasa yang tengah tidur. Kendati tubuhnya besar, karena masih tertidur, jadi tidak ada artinya. Justru makhluk kecil seperti semut yang hidup dan berkarya lebih aktif darinya. Semut kecil yang masih memberi arti bagi lingkungan sekitar dan koloninya. Tetapi raksasa tidur tidak dapat memberi apa pun. Begitulah gambaran tentang potensi dan budidaya perikanan di Indonesia. 
Nelayan di Pantai Baron
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Posisinya memotong garis khatulistiwa dan diapit benua Asia dan Australia. Wilayah Indonesia dikepung dua samudra, Pasifik dan Hindia. Kedudukan itu membuat posisi Indonesia sangat penting secara geografis. Secara oseanografis, arus dan pertukaran massa air dua samudra itu melewati kepulauan yang terletak di tataran Nusantara. Keuntungannya adalah banyak ikan yang bermigrasi. Ikan-ikan tersebut akan melintasi perairan Indonesia. Kedudukan khas tersebut membuat perairan Indonesia kaya dengan keanekaragaman hayati.

Kepulauan Indonesia merupakan kawasan yang dipenuhi banyak gunung laut. Gunung laut yang puncaknya berada di permukaan laut ternyata cukup menguntungkan. Lereng-lereng laut itu bak oasis di padang pasir bagi organisme laut. Pasalnya, ikan-ikan yang bermigrasi melintasi lautan akan teradang dan tertahan oleh lereng dan puncak gunung laut. Dengan begitu, lokasi itu menjadi habitat organisme laut. Lereng laut itu telah menjadi lokasi menguntungkan bagi tumbuh kembang ikan-ikan.

Perairan Indonesia juga dikenal pula dengan sumber plasma nuftah perairan terbesar di dunia. Dengan luas wilayah 1,3% dari luas permukaan bumi, Indonesia memiliki lebih dari 37% dari seluruh jenis ikan di dunia. Selain ikan konsumsi, laut Nusantara pun menyimpan potensi besar ikan hias. Para pakar mencatat Indonesia memiliki lebih dari 1.000 jenis ikan hias laut dan 240 jenis ikan hias tawar. Potensi laut lain yang belum tergarap dengan serius adalah keanekaragaman biologi yang sangat besar. Invertebrata laut, alga, dan bakteri laut ternyata mengandung zat biokimia yang berpotensi untuk kebutuhan medis dan dijadikan obat-obatan. Misalnya, neorotixin dari kerang laut. Zat biokimia tersebut dapat dijadikan pembunuh rasa sakit. Zat tersebut terbukti lebih ampuh 10 ribu kali dari morfin dan tanpa efek samping.

Yah, potensi kelautan Indonesia memang sangat membanggakan. Sayangnya, kalau kita membicarakan tentang pemanfaatan potensi kelautan, justru rasa malu yang muncul. Pasalnya luas wilayah laut Indonesia tak jauh berbeda dengan lahan subur yang tak diolah. Contoh nyata misalnya permintaan ikan hias dunia terus mengalami pertumbuhan 7%-8%. Bahkan nilainya mencapai 15 miliar dolar AS setahun. Ternyata yang berbicara lantang dan memetik keuntungan besar pasar ikan hias dunia adalah Singapura, Filipina, dan Hongkong. Sebaliknya ekspor ikan hias Indonesia terus merosot. Selain itu, nilai tambah produk perikanan Indonesia masih rendah. Indonesia juga belum menghasilkan banyak produk perikanan. Karena, ikan-ikan yang diekspornya masih berupa komoditas bukan produk.

Di tingkat dunia, Indonesia menghasilkan 4,8 juta ton ikan pada 2004. Hasil tersebut menempatkan Indonesia menjadi penghasil ikan terbesar nomor lima setelah Tiongkok, Peru, Amerika Serikat, dan Chili. Kini Thailand hanya menempati nomor sembilan negara penghasil ikan terbesar di dunia. Kendati Indonesia menempati posisi lima sebagai penghasil ikan dunia, namun ekspor ikannya tidak masuk 10 besar. Namun, Thailand ternyata mampu meraup untung 4 miliar dolar AS dan menempati peringkat tiga dunia. Dengan perbandingan itu, fakta mengungkapkan bahwa industri pengolahan ikan Indonesia masih sangat tertinggal.

Yah, kita harus segera membangunkan ”raksasa kelautan” yang masih lelap. Salah satu caranya adalah dengan mengawinkan dua potensi besar, kelautan dan pemuda Indonesia. Mengapa?? Karena, pemuda memiliki idealisme dan semangat untuk berubah, maka itu diejawantahkan dalam bentuk kerja keras dan bahkan kerja keras lebih menggelora dibandingkan kelompok usia lainnya. Pemuda adalah sumber pembangunan yang sangat besar.

Tetapi sebenarnya seberapa besar sih jumlah sumber daya pemuda Indonesia? Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga menyatakan bahwa pemuda adalah mereka yang berumur 18-35 tahun. Dengan batasan itu, jumlah pemuda Indonesia pada 2010 diperkirakan akan mencapai 71 juta orang atau 30,47% dari total penduduk Indonesia. Secara kuantitas, kelompok pemuda sangat berpotensi. Selain itu, sebagai sumber daya pembangunan, pemuda hanya bisa berperan jika diberi kesempatan. Tetapi sebagai sumber pembangunan, pemuda harus diberdayakan secara optimal. Untuk memberdayakan, terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan. Pertama, kualitas pemuda. Kedua, jiwa kewirausahaan dan kemandirian. Ketiga, kemampuan modal sosial.

Dengan hilangnya kebanggaan sebagai pelaut dan semakin keliru dalam memandang sumber daya laut, saatnya generasi untuk kembali memandang laut. Yang terpenting adalah pemuda harus turun ke laut. Saat generasi muda untuk belajar tentang laut, memahami laut dengan cara pandang ilmiah, serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membangun kelautan. 


"Pemuda & Kelautan", buku Adhyaksa Dault. Terbitan Pustaka Cidesindo, Oktober 2008

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine