wanita - wanita perkasa dari belantara cawas

| November 19, 2008 | Sunting
untuk mamak

para wanita itu mungkin punya tekad untuk bisa mendahului matahari terbit, sehingga sedari hari masih gelap mereka sudah mulai berdenyut, menandakan dimulainya sebuah kehidupan...


mulai dari para pedagang sayur yg 'mapag' pagi supaya tidak kedahuluan oleh pedagang lain. dengan sepeda tua mereka yang berkonya sudah meredup, mereka turun ke pasar dengan bronjong untuk membawa apa kiranya yang bisa mereka bawa dari kebun atau bahkan untuk menempatkan anak mereka yang tak mau ditinggal. menerobos pekat malam dan dingin yang menusuk tulang di antara renyai gerimis jalang kadang. segera kemudian kios mereka buka, atau segera ke tempat pengepul sayur apabila mereka adalah para pedagang sayur keliling.


pun mereka para buruh penanam padi yg berburu pemilik sawah yg mau menyewa tenaga mereka untuk menanam benih-benih padi. sejak pagi sudah berkubanglah mereka dengan air sawah serta lumpur. secara berkelompok mereka akan mengubah lahan persawahan yg awalnya masih kosong menjadi lahan yg sudah ternanami oleh padi-padi muda.

wanita-wanita perkasa belantara cawas,berlomba dengan waktu supaya tak mati kutu......

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine