MOS Sesungguhnya..

| Juli 22, 2008 | Sunting
Siap meluncur...

14 Juli 2008
Hari MOS pertama...
Deg degan... Kami disuruh membawa uang koin 1000-an yang bergambar kelapa sawit dan juga buah favorit kami (untungnya saya cuma nulis pisang, bukan strowberi, pear dan sebagainya). Kami pada MOS ini juga dijemur selama 2 jam-an untuk latihan PBB di Lapangan Tugu. Prosesi juga tak lepas acara bentak-bentakan dan sebagainya... Tapi hari pertama itu muncul man on the match MOS tahun 2008-2009: namanya Haidi yang berani membela teman-temannya yang dihukum di depan anak-anak lainnya tanpa alasan yang jelas. Dan kemudian melekatkan sebuah julukan kepadanya: MR. RAMAH TAMAH karena dia mengusulkan supaya kakak-kakak OSIS lebih ramah dengan menyitir salah satu hadis Nabi. :D

15 Juli 2008
Hari kedua...
Biasa saja... Perlengkapan orientasi untuk hari kedua adalah: membawa aqua ukuran 330 mili dengan isi tinggal setengah dan berwarna biru tanpa merusak segel penutup. Seperti biasa, beruntung Mamak membuatkannya untukku. Hari kedua ini lebih kondusif yang dibuktikan dengan kakak-kakak OSIS yang lebih lunak. Acarapun jadi riuh rendah kala setelah kami minum botol aqua kami pukul-pukul laksana para suporter bulu tangkis yang tengah mendukung Taufik Hidayat atau Pia Zebadiah. Bagian ini yang lumayan berkesan...

16 Juli 2008
Hari terakhir...
Dari awal sudah saya bayangkan betapa OSIS akan menghabisi kami habis-habisan(maklumlah aku kan mantan anggota OSIS yang juga pernah mengorganisir MOS) Dan itu benar. Kami 'dihabisi' dengan adanya pengumuman bila ada 5 calon siswa yang tidak jadi diterima (?). Dan seperti yang sudah kupikirkan: kami cuma dikerjain. MOS ditutup dengan acara tertawa bareng (tidak jelas banget ya?) dan salam-salaman... Selamat datang masa SMA..

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine