Hari ini boleh jadi hari bahagia bagi Adinda Bakrie yang melepas masa lajangnya. Tetapi bagi korban lumpur Lapindo, pernikahan mewah keponakan Menko Kesra Aburizal Bakrie ini merupakan pertunjukan kekejaman.
"Mereka menyelenggarakan pernikahan mahal di tengah tangisan korban. Padahal kalau memiliki hati nurani, tidak perlulah mempertontonkan hal-hal kontras seperti itu," kata pengacara warga korban lumpur Lapindo, Taufik Basari, saat berbincang dengan detikcom, Jumat (25/7/2008).
"Ketika dihadapkan peristiwa seperti ini, perasaan mereka sangat sakit sekali. Ini adalah salah satu pertunjukan kekejaman yang dipertontonkan pada korban Lapindo," imbuhnya.
Taufik menjelaskan, para korban sadar betul penderitaan yang mereka alami disebabkan karena konflik kepentingan di sekitar Presiden SBY. Itu sebabnya, produk hukum yang dikeluarkan SBY tidak melindungi korban, tetapi justru melindungi Lapindo Brantas Inc.
"Mereka sangat sadar peran Bakrie yang sudah menyengsarakan hidup mereka," ujar pria yang menjadi salah satu kuasa hukum warga saat menggugat Lapindo di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ini.
Taufik menilai Lapindo yang berada di bawah kendali Bakrie hendak lari dari tanggung jawabnya untuk memenuhi hak-hak korban. "Kelihatannya pelarian dari tanggung jawab ini dikeluarkan dengan, salah satunya, jor-joran pesta pernikahan seperti ini.Padahal seandainya mau bertanggung jawab, uang untuk pesta pernikahan itu jumlahnya sangat berarti bagi korban," urainya.
Dia menyebut upaya Bakrie me-resettle warga ke lokasi baru di Kahuripan Nirwana Village hanya menguntungkan Bakrie. Selain tidak adil karena tidak sesuai dengan apa yang dimiliki warga sebelumnya, tindakan itu dinilai sebagai upaya cari selamat saja. "Itu menggunakan pendekatan bisnis, bukan pendekatan hak korban," imbuh Taufik.
Menurut dia, kabar pesta pernikahan Adinda Bakrie sudah diketahui sebagian besar warga Porong. "Meski terus dibohongi, tapi mereka (korban) sadar, di balik carut marut persoalan ini, ada peran Bakrie," pungkasnya.
Adinda akan menikah dengan pria asal Singapura, Seng Ho Ong, malam ini di Hotel Mulia Jakarta. Pesta pernikahan putri Indra Bakrie, mantan pemilik saham Lapindo Brantas Inc ini dikabarkan menghabiskan uang hingga dua digit miliar rupiah.
"Ketika dihadapkan peristiwa seperti ini, perasaan mereka sangat sakit sekali. Ini adalah salah satu pertunjukan kekejaman yang dipertontonkan pada korban Lapindo," imbuhnya.
Taufik menjelaskan, para korban sadar betul penderitaan yang mereka alami disebabkan karena konflik kepentingan di sekitar Presiden SBY. Itu sebabnya, produk hukum yang dikeluarkan SBY tidak melindungi korban, tetapi justru melindungi Lapindo Brantas Inc.
"Mereka sangat sadar peran Bakrie yang sudah menyengsarakan hidup mereka," ujar pria yang menjadi salah satu kuasa hukum warga saat menggugat Lapindo di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ini.
Taufik menilai Lapindo yang berada di bawah kendali Bakrie hendak lari dari tanggung jawabnya untuk memenuhi hak-hak korban. "Kelihatannya pelarian dari tanggung jawab ini dikeluarkan dengan, salah satunya, jor-joran pesta pernikahan seperti ini.Padahal seandainya mau bertanggung jawab, uang untuk pesta pernikahan itu jumlahnya sangat berarti bagi korban," urainya.
Dia menyebut upaya Bakrie me-resettle warga ke lokasi baru di Kahuripan Nirwana Village hanya menguntungkan Bakrie. Selain tidak adil karena tidak sesuai dengan apa yang dimiliki warga sebelumnya, tindakan itu dinilai sebagai upaya cari selamat saja. "Itu menggunakan pendekatan bisnis, bukan pendekatan hak korban," imbuh Taufik.
Menurut dia, kabar pesta pernikahan Adinda Bakrie sudah diketahui sebagian besar warga Porong. "Meski terus dibohongi, tapi mereka (korban) sadar, di balik carut marut persoalan ini, ada peran Bakrie," pungkasnya.
Adinda akan menikah dengan pria asal Singapura, Seng Ho Ong, malam ini di Hotel Mulia Jakarta. Pesta pernikahan putri Indra Bakrie, mantan pemilik saham Lapindo Brantas Inc ini dikabarkan menghabiskan uang hingga dua digit miliar rupiah.
Ironis memang, karena pernikahan supermewah ini digelar di tengah ketidakpastian nasib korban lumpur Lapindo. Aw.. Tetapi demikianlah Indonesia.Menari-nari di atas kepedihan orang lain itu sudah biasa sepertinya