Harus Berpisah

| Juli 02, 2008 | Sunting
SMPN 1 Bayat
Kelas 9 E SMPN 1 Bayat angkatan 2008. Wali kelas: Bapak Diran.
Setelah selama 3 tahun bersama akhirnya dengan perasaan berat hati (hwayah) anak-anak yang 3 tahun lalu masih kikuk dan rikuh untuk sekadar berkenalan akhirnya harus berpisah. Di ujung siang kemarin, mereka berucap janji untuk kembali meneruskan perjalanan. Yang pasti dengan perasaan suueeeennneeeng banget kami berpelukan. Apalagi dengan hasil ujian kami yang cukup memuaskan. Bahkan 2 orang cewek yakni Hanif dan Trimarhahu - nama aslinya Tri Maryatun, bertengger di puncak nilai hasil ujian secara paralel (beri applause yang meriah).

Kami seolah telah memberikan semacam pembuktian bahwa tak selama-nya generasi E itu ELEK, EDAN, dsb tetapi pada akhirnya pula E (ini kelas kami: 9E, SMPN 1 Bayat, Klaten) dapat menjadi generasi ELOK. Buat teman-teman, doa semoga selalu mengiringi langkah kalian dan harapku suatu hari nanti kita akan kembali bertemu dalam keadaan yang lebih baik.

Untuk cowok-cowok pojokan kelas aku percaya kalian akan menjadi yang terbaik dan kalian akan bisa kalu kalian mau usaha yang salah satu contoh besarnya sudah kalian buktikan dalam perang melawan soal2 ujian nasional.

Buat cewek-cewek penggemar ilalang: I WILL MISS U SO MUCH. Kita akan kembali bertemu kayaknya di padang ilalang samping jajaran pohon cemara gunung Pegat dalam irama angin yang bertiup semilir di tengah goyang tangkai bunga ilalang saat sunset datang - suatu saat.


Khususon untuk teman-teman yang kemarin mau ngonthel ma aku untuk daftar di Smanca: matur suwun. Di bawah terik matahari, dengan perut keroncongan, kita guyonan dan jagongan bareng di jalanan. Semoga kita diterima ya...


Oh ya, Hanif, selamat ya atas prestasimu menjadi peraih nilai ujian nasional tertinggi di SMPN 1 Bayat. Semoga Allah senantiasa memberkahimu sehingga kamu akan lebih bersinar lagi. Selamat juga untuk Tri, mudah-mudahan tetap bersinar di sekolah yang baru nanti.


Dah, itu saja dulu yah, yang lain nyusul soalnya ini perpustakaan sudah mau tutup

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine