Tiga Episode

| Juli 09, 2008 | Sunting
Manisnya perjuangan

EPISODE MENANGISLAH

Ada kalanya sebuah perjuangan panjang harus ditutup dengan sebuah kekecewaan yang mendalam kala tiada hasil yang puaskan jiwa, tetapi pada umumnya dengan sebuah kesungguhan semuanya akan happy ending. Tetesan peluh yang pada awalnya membasahi tubuh akan tergantikan oleh bulir-bulir impian yang telah menjadi kenyataan, the dream comes true.

Demikian pula yang terjadi pada lima orang anak yang tempo hari, dengan kesetia kawanannya, bermandikan peluh di tengah garangnya siang demi mendapatkan sebuah santapan mahal bernama PENDIDIKAN. Bara tekad dalam dada telah dapat singkirkan berbagai aral yang merintang jalan. Begitu pula dengan jeritan hati: ”Kami haus akan ilmu.kami lapar atas pengetahuan.” yang telah bulatkan tekad kami memasuki gerbang masuk sebuah sekolah yang cukup diperhitungkan di wilayah kam. Mendaftar dengan bekal sebuah semangat dan nilai ujian yang menjanjikan.

EPISODE TERTAWALAH

Detik-detik menegangkan sebenarnya baru akan tiba pada hari ke sembilan bulan tujuh tahun kosong delapan tetapi haru biru sudah merebak semenjak hari terakhir PPDB, 9 Juli 2008, yang hampir dipastikan sebagai tanggal berlangsungnya prosesi pencabutan formulir pendaftaran karena berbagai alasan. Tinggal empat anak saja yang masih ngonthel bareng untuk melihat jurnal terakhir pukul 10.00 hari itu. Yah pukul 10.00 jadwalnya tetapi 10.30 penempelannya. Wajah-wajah sumringah merekah, walau pengumuman siswa yang diterima masih tanggal sembilan, tetapi sudah ada harapan besar yang kami retas, mimpi kami akan segera menjadi realita. Sssssttt....Ibu Gular sampai menangis terharu lhooo mengetahui impian puteranya akan segera terwujud (iri juga ding sebenarnya: kami datang sendiri, but it’s no problem, kami sudah gedhe kok)

Singkat cerita, bukan Sang Puteri akhirnya hidup bahagia lhoo - tetapi kami diterima. Walau kemudian pikiran beralih pada biaya tetapi... the show must go on. Ada yang sujud syukur, berpelukan, teriak-teriak, neko-nekolah pokoknya ekspresinya. Tetapi asal tahu saja kami sebenarnya sudah punya firasat untuk berhasil lhooo: kami bersepeda ke timur, menyongsong matahari terbit yang merupakan lambang sebuah keberhasilan. Hehe PD kali yaa.


EPISODE MELAYANGLAH

Inilah episode yang paling asyik karena kami mulai melayang dan doanya saja semoga kami kian hari kian tinggi sehingga kami dapat menggapai bintang, tempat kami gantungkan angan-angan kami. PANGESTUNIPUN KEMAWON NGGIH, MUGI SAE ING SEDAYANIPUN.

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine