Ada kalanya sebuah perjuangan panjang harus ditutup dengan sebuah kekecewaan yang mendalam kala tiada hasil yang puaskan jiwa, tetapi pada umumnya dengan sebuah kesungguhan semuanya akan happy ending. Tetesan peluh yang pada awalnya membasahi tubuh akan tergantikan oleh bulir-bulir impian yang telah menjadi kenyataan, the dream comes true.
Demikian pula yang terjadi pada lima orang anak yang tempo hari, dengan kesetia kawanannya, bermandikan peluh di tengah garangnya siang demi mendapatkan sebuah santapan mahal bernama PENDIDIKAN. Bara tekad dalam dada telah dapat singkirkan berbagai aral yang merintang jalan. Begitu pula dengan jeritan hati: ”Kami haus akan ilmu.kami lapar atas pengetahuan.” yang telah bulatkan tekad kami memasuki gerbang masuk sebuah sekolah yang cukup diperhitungkan di wilayah kam. Mendaftar dengan bekal sebuah semangat dan nilai ujian yang menjanjikan.
Singkat cerita, bukan Sang Puteri akhirnya hidup bahagia lhoo - tetapi kami diterima. Walau kemudian pikiran beralih pada biaya tetapi... the show must go on. Ada yang sujud syukur, berpelukan, teriak-teriak, neko-nekolah pokoknya ekspresinya. Tetapi asal tahu saja kami sebenarnya sudah punya firasat untuk berhasil lhooo: kami bersepeda ke timur, menyongsong matahari terbit yang merupakan lambang sebuah keberhasilan. Hehe PD kali yaa.
Demikian pula yang terjadi pada lima orang anak yang tempo hari, dengan kesetia kawanannya, bermandikan peluh di tengah garangnya siang demi mendapatkan sebuah santapan mahal bernama PENDIDIKAN. Bara tekad dalam dada telah dapat singkirkan berbagai aral yang merintang jalan. Begitu pula dengan jeritan hati: ”Kami haus akan ilmu.kami lapar atas pengetahuan.” yang telah bulatkan tekad kami memasuki gerbang masuk sebuah sekolah yang cukup diperhitungkan di wilayah kam. Mendaftar dengan bekal sebuah semangat dan nilai ujian yang menjanjikan.
EPISODE TERTAWALAH
Detik-detik menegangkan sebenarnya baru akan tiba pada hari ke sembilan bulan tujuh tahun kosong delapan tetapi haru biru sudah merebak semenjak hari terakhir PPDB, 9 Juli 2008, yang hampir dipastikan sebagai tanggal berlangsungnya prosesi pencabutan formulir pendaftaran karena berbagai alasan. Tinggal empat anak saja yang masih ngonthel bareng untuk melihat jurnal terakhir pukul 10.00 hari itu. Yah pukul 10.00 jadwalnya tetapi 10.30 penempelannya. Wajah-wajah sumringah merekah, walau pengumuman siswa yang diterima masih tanggal sembilan, tetapi sudah ada harapan besar yang kami retas, mimpi kami akan segera menjadi realita. Sssssttt....Ibu Gular sampai menangis terharu lhooo mengetahui impian puteranya akan segera terwujud (iri juga ding sebenarnya: kami datang sendiri, but it’s no problem, kami sudah gedhe kok)Singkat cerita, bukan Sang Puteri akhirnya hidup bahagia lhoo - tetapi kami diterima. Walau kemudian pikiran beralih pada biaya tetapi... the show must go on. Ada yang sujud syukur, berpelukan, teriak-teriak, neko-nekolah pokoknya ekspresinya. Tetapi asal tahu saja kami sebenarnya sudah punya firasat untuk berhasil lhooo: kami bersepeda ke timur, menyongsong matahari terbit yang merupakan lambang sebuah keberhasilan. Hehe PD kali yaa.
EPISODE MELAYANGLAH
Inilah episode yang paling asyik karena kami mulai melayang dan doanya saja semoga kami kian hari kian tinggi sehingga kami dapat menggapai bintang, tempat kami gantungkan angan-angan kami. PANGESTUNIPUN KEMAWON NGGIH, MUGI SAE ING SEDAYANIPUN.