Baginda Raja dan Si Narapidana

| Januari 06, 2009 | Sunting
Ini cerita yang aku dapat dari Pak Joko Purnomo, guru matematikaku. Sebenarnya beliau bukan tipe guru yang banyak bercerita. Beliau lebih suka berkutat pada hitungan dan rumus-rumus yang kadang juga membuat pusing. Tetapi sekali bercerita, walaupun ceritanya terkesan biasa-biasa saja malah jadi begitu membekas. Mungkin kamu sudah pernah mendengar atau bahkan ibumu sudah pernah menceritakannya waktu kamu kecil. Izinkan saya menceritakannya kembali.
Dahulu, (yah, kayak beginilah awal sebuah cerita pada umumnya) ada sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang raja yang arif. Suatu hari beliau menemui seorang narapidana yang telah di tetapkan akan dihukum mati karena suatu kasus pencurian (kalau itu di Indonesia pasti hanya pencuri ayam, bukan koruptor kakap). Maka berkatalah sang raja pada narapidana tersebut

"Hai kau yang telah menunggu ajal, untuk terakhir kalinya kuberkata denganmu, kuperintahkan kau untuk menebak sesuatu yang akan terjadi dalam sehari ke depan. Dan segera laporkan apa tebakanmu. Apabila benar kau akan kuhukum pancung, tetapi apabila salah kamu akan kuhukum gantung!!"

Hah? Kok opsinya sama-sama sulit? Kukira apabila prediksi si narapidana benar dia akan dibebaskan, hehe. Tapi pada akhirnya si narapidana menjawab.

"Yang terhormat baginda raja yang agung dan bijaksana, hamba menebak bahwa, BESOK PAGI JAM DELAPAN AKU AKAN DIHUKUM GANTUNG!" 

Yah, begitulah jawaban si narapidana. Lalu bagaimana respon sang raja "Duhai kau yang akan segera menemui ajal, kuputuskan bahwa kau memang sungguh seorang yang arif. Kuperintahkan kau menggantikanku menjadi raja!"

Pahamkah kamu dengan apa yang diputuskan sang raja? 

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine