Tahun dan Harapan Baru

| Januari 02, 2009 | Sunting
Setelah kemarin seharian melakukan aktivitas (sok) jurnalistik (baca: meliput berita), akhirnya hari ini dapat saya publikasikan sebuah catatan dalam blog ini. Catatan ini merupakan dokumentasi harapan beberapa orang di sekitar saya menghadapi angka tahun yang baru saja bertambah.
Pedagang tempe - Ilustrasi Kompas
Yang pertama nih ya, dari simbah pedagang tempe keliling yang akrab kami panggil mbah Joyo Kenut. Beliaulah yang setia mengasup proteinku selama ini karena beliau memang hampir tiap hari datang ke rumah, untuk mengantarkan tempe buatannya.

Umur nenek tiga cucu ini memang tak lagi muda, namun semangatnyalah yang menurut saya membuat ia tak pantas disebut tua. Bayangkan saja ia memproses tempenya seorang diri, dan ia pula yang tiap hari ia keliling desa menjajakan tempe buatannya. Oh ya, dengan berjalan kaki! Lalu bagaimana harapan beliau? 

"Di tahun yang baru ini saya menginginkan pemerintah tak lagi menaikkan harga bensin. Karena harga bensin naik, harga kedelai pun ikut merangkak hingga setinggi langit. Itu sangatlah memberatkan saya sebagai pengrajin tempe. Di tahun yang baru ini saya juga berharap warga masyarakat semakin suka makan tempe mas, biar tambah sehat. Dan itu tentunya akan sangat membantu Pak Dokter karena kalau orang-orang sehat, Pak Dokter kerjanya juga tidak terlalu banyak!" mbah, mbah wonten-wonten kemawon panjenegan puniko hehe.

Lain mbah Joyo, lain pula Pak Wage, si pembuat pawon (tungku panjang yang terbuat dari batu). Dengan penghasilan kira-kira hanya Rp 10.000 per satu tungku yang dijualnya, sudah barang pasti ada keinginan yang sangat didambakannya. Ditemui di ruang kerjanya yang berupa gubuk dari berdinding bambu setengah plastik dan beratap rapak, Pak Wage mengungkapkan, "Saya berharap di tahun ini pemerintah kita melanjutkan program kompor gasnya! Karena program tersebut, saya akhir-akhir ini malah mendulang banyak keuntungan. Harga gas yang cukup mahal dan kadang juga langka di pasaran membuat banyak dari warga yang berpindah ke cara tradisional yakni dengan pawon!"  Hehe, ada-ada saja Pak, saya pikir njenengan mau pindah profesi menjadi pengecer LPG.

Orang ketiga yang sempat saya tanyai adalah Pak Hen, pegawai pengadilan di kabupaten. Harapannya kurang lebih begini "Saya sangat berharap para pejabat semakin sadar bahwa korupsi itu salah, haram. Tahun kemarin kami panen kasus pejabat yang bermasalah. Lha gimana mau melayani masyarakat kalau mereka sibuk menyenangkan diri sendiri terus? Kapan rakyat sejahtera kalau uangnya dikemplang para pejabat!" Yah, saya Pak, saya juga sangat muak dengan berbagai kasus korupsi yang merajai negeri ini. Kok mereka tidak capek-capek ya tiap hari muncul di TV, di koran dan juga tentunya di pengadilan. 

Lalu bagaimana denganmu? Apakah harapanmu di tahun yang baru ini?

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine