Kado Awal Tahun

| Januari 17, 2009 | Sunting
2009 perlahan telah melewati purnama pertamanya, yang berarti sebesar itu pula umur tahun ini kini. yah masih sangat muda, bahkan rasanya juga baru kemarin tahun ini datang, tetapi tak sedikit cerita yang telah tergelar arungi setiap detik dan menit sesuai laju arus waktu. namun, entah kebetulan atau memang demikianlah kuasaNya, tahun ini, seperti juga tahun lalu, telah dibuka dalam balutan duka atas bencana yang terus melanda. tahun lalu, tepat di awal tahun, pesawat adam air hilang setelah jatuh tak terlacak dalam pusaran laut selat makassar. dua ratus-an jiwa melayang ikut terbawa oleh bangkai adam. 

dan tahun ini, di awal tahun pula, bahkan di tempat yang sama, di laut sekitar majene sulawesi barat, kapal motor teratai prima yang sedianya akan menyeberang dari pare-pare ke samarinda dengan lebih dari 200 penumpangpun karam akibat terhempas oleh ganas badai yang menerjang. beritanya semakin cepat bergulirdengan berbagai dugaan akan kaitan peristiwa yang terjadi ini dengan apa yang tersiar setahun silam. bahagia perayaan tahun baru mungkin tak lebih dari gemuruh terompet dan kalender baru, karena air mata perlahan kembali berleleran membasahi sanubari. 


tiada yang tahu tentang apa yang harus segera dilakukan kecuali hanya doa yang teralun dalam balutan harapan akan hari yang lebih cerlang. semoga pula semua bencana dan musibah tahun ini adalah seperti kata pepatah bahwa bersakit-sakit dahula, bersenang-senang kemudian. oh tuhan, rengkuh rahmat dan barokahmulah yang kami harap tuk bersanding dengan kami, tetapi apabila kami memang lalai, ingatkanlah kami dengan sentuhan kasihmu. dan biarkan musim itu berlalu, pun matari berganti, hingga badai segera pergi berlalu.

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine