Anugerah Hidup

| Desember 24, 2008 | Sunting
Kelap kelip, warna warni kehidupan
Sebenarnya tiada yang istimewa dengan mendung, karena hanya peristiwa alam biasa yang sering  datang ketika musim hujan sudah tiba. Tak ada yang bermakna dengan angin sepoi-sepoi yang menusuk ke tiap relung tubuh ini.

Bintangpun yang berkedip di malam hari, juga fenomena lazim di langit. Bulan  nan bersinar hanya bagian dari rangkaian rotasi perputaran waktu.

Namun, kenapa gejala alam ini melayangkan diriku ke alam yang lain. Suasana yang membuatku hanyut dalam dunia, yang aku sendiri juga tak mengerti. 

Entahlah…

Saat-saat itulah ada tentram dalam kekalutan akan masa depan. Saat itulah kenangan melintas dalam ingatan. Saat itulah, diri merasa takjub dan mengakui kealpaan. Saat itu, hati menjadi lembut untuk menitiskan bulir demi bulir airmata dan senyum keikhlasan.

Tuhan, telah Engkau ciptakan  hidup ini dengan romantika. Dalam sedih, ada tawa. Dalam duka, ada senda. Dalam cemas, ada harap. Ketika benci, Engkau iringkannya dengan cinta.

Sungguh Engkau ciptakan diri ini tiada sia-sia. Dan takdir bukanlah keterlemparan dalam jejak-jejak langkah yang membuat diri terasing  dalam kedukaan.

Tuhan, aku ingin bersyukur pada-Mu atas anugerah teramat indah ini. Dalam tarikan nafas yang terus diburu oleh nafsu yang menari. Dalam amarah, yang membakar seluruh sendi.

Sungguh ibadahku padamu tiada murni. Karena tubuhkupun dibalut noda yang tak dapat kuhindari. Tapi ku tahu, pengampunanMu begitu luas.

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine