Puisi Rindu

| Desember 01, 2008 | Sunting
angin musim 
dingin kencang
berhembus runduk
kan pohon,halau
daun dari cabang

dan ranting..pun 
kertas berterbangan, 
bungkus crisp dan 
coklat melayang
mengejar ayunan 
langkahmu kirim 
sendu jauh ke lubuk 
hetiku,tak teraba...
oh musim yang sirna
kau kini sisakan 
kenangan di antara 
rintik-rintik gerimis 
awal desember.krisan-
krisan belum cuatkan
bunga...angin utara 
masih bawa beku dan 
gulita yang lebih sayu.
kerinduan makin 
merebak dalam mimpi
sendu pada cahaya 
mataharimu yang jauh.
oh bumi mutiara di 
timur jauh biarkan cinta
jadi prahara ketika 
bumi utara pasrah 
dan menggigil dalam
deraian serpih debu 
akan lekas berlalu 
merebahkan musim 
semi ke pangkuanmu
menyalakan bara cinta
akankah kau genggam
atau kau lepaskan 
bagai seuntai lara yang 
kau torehkan ke dalam
baris-baris kehidupan
dan di hatidi kertas-
kertas sepi yang lirih 
bergetar ketika disapa
cinta dari daun jendela 
tua kelam mempercepat
kedatangan malam 
sembunyikan rinduku 
padamu,,pada sebuah
negeri nun jauh disana,,
walau dikau sering 
dikutuk dan dicela
namun tetap simpan
keindahan masa kecil 
ketika senyum seorang 
gadis elok rupa membuat 
tidurku gelisah sampai 
fajar tibaku selalu ingat
padamu jua...wahai negeri
bermatahari tak mungkin
kulepaskan dikau dari hatiku
sampai ajal tiba nanti

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine