Catatan Acak

| Desember 04, 2008 | Sunting
03:40 pagi. Sudah sampai jam segini belum juga bisa tertidur lagi. mata inginnya jelalatan melulu ngelihatin yang kagak penting. huuh
- ada cicak di dinding
- ada nyamuk terperangkap di kelambu
Dan sebangsanya yang jenis dan bentuknya bermacam-macam, aneh-aneh.

Bahkan akhirnya aku ingin sekali berteriak. Berteriak di tengah malam, (enggak aahh, bisa-bisa dikira lolongan anjing di ujung malam nanti). Akhirnya aku menuntaskan hasrat untuk berteriak, dengan bernyanyi sajalah.

Tapi karena dasarnya pikiran sedang ngelantur, akhirnya malah kepikiran yang lain-lain juga. Mau nyanyi pelan atau keras ya? Kalau pelan-pelan nanti dikira rintihan kuntilanak yang tak sengaja dikencingi orang, tapi mau keras-keraspun nanti dipikirnya orang gila yang baru pulang klayapan. 

Jadi, akhirnya memilih yang sedang-sedang sajalah. Lalu mau nyanyi apa hayo? Bingung nih ditambah pilihannya tidak hanya satu: kepompong, kucing garong, terima kasih cinta, walau habis terang sampai sedari dulu.

Pusing.

Sehingga akhirnya saya malah memilih untuk mendendangkan Kisah Cintakunya Peterpan. Lagu yang ceritanya diaransemen ulang dari lagi Chrisye. Dan... Mulailah konser ujung malamku. 
Di malam yang sesunyi ini
Aku sendiri tiada yang menemani
Akhirnya kini kusedari
Dia telah pergi tinggalkan diriku
Adakah semua 'kan terulang
Kisah cintaku..
Yang seperti dulu
Hanya dirimu yang kucinta dan kukenang
Takkan pernah hilang bayangan dirimu
Mengapa terjadi kepada diriku
Aku tak percaya kau telah tiada
Haruskah kupergi tinggalkan dunia
Agar aku dapat berjumpa denganmu
Humm.. Akhirnya nangis juga hamba-Mu ini ya Allah :'( Siapa coba yang mau bertanggung jawab telah membuat anak orang nangis malam-malam begini? Pada lupa ya, warung permen belum ada yang buka? 

Bagi yang merasa atau mengetahui siapa yang sudah buat anak ini menangis. mohon hubungi polsek terdekat ya. Kasihan nanti Mamaknya soalnya. Tolong juganya, jangan diulangi lagi.

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine