Tersesatku di Prambanan

| Desember 02, 2008 | Sunting
:catatan seorang fotografer
terawangku pada tatanan bebatuan dalam istana kusam :Prambanan

Model: Mbak Niet yang cantik :)
terbayangku pada sepenggal kisah cinta nan berakhir lara yang terkubur oleh pongahnya bangunan candi, kala sang jonggrang terjelmakan menjadi batu karena cinta tak tersampaikan sang bandawasa...

pun terbayang pada paras ayu yang mendadak berubah menjadi kerak yang telah terlarak zaman. atau bagaimana pula dengan perjuangan asmara sri rama dan sang diah sinta yang terukir bak gambar abadi dalam dinding batu. bentuk sebuah kisah tentang cinta, pengorbanan dan kesetiaan...

ingin kumerasuk ke dalam cerita, meski sekedar jadi si emban namun bisa saksikan penggal kisah masa silam... pun dengan sang raja dari raja segala kera, hanoman si kera putih, ekornya tersulut api, api, api, dan api, menyebar membakar halengka, puri rahwana.

ingin kubidik sudut sudut terapik dengan tatanan cahaya nan mahasempurna.

namun, langit perlahan menjadi gelap. bebatuan perlahan jadi gundukan batu nan berserakan.

kutersesat di prambanan...

Arsip

Pesan Mamak

Dirimu yang dulu kususui. Pantatmu yang dulu kubedaki. Kotoranmu yang kujumputi dengan tanganku sendiri, untuk kemudian kuairi.

Pernah kuceritakan padamu tentang negeri yang jauh. Sekadar cerita kala itu. Namun, kini kupikir itu adalah doa. Negeri itu tak kan sejauh dulu. Negeri itu tak kan seabstrak ceritaku dulu. Ku ucap doa untuk setiap langkahmu. Itu akan lebih bermakna daripada sedikit receh yang kusumpalkan ke sakumu. Ku serahkan dirimu pada Tuhan-Mu.

Pergilah, demi dirimu sendiri. Ku kan tunggu kau di sini. Pulanglah ketika kau lelah. Kan kuceritakan tentang negeri yang lebih jauh. Ah, kau sudah lebih tahu pasti. Baik-baik disana, sholat dijaga. Makan? Rasanya tidak perlu ku khawatir soal itu.

 
Uraian blog ini dicuplik dari puisi Sapardi Djoko Damono, Kata, 2
Reka templat oleh DZignine